Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketika US$8 Triliun Stimulus Global Belum Ampuh Redam Corona

Total stimulus sekitar US$8 triliun yang digelontorkan pemerintah menggambarkan kesenjangan antara negara-negara miskin dan kaya.
Warga Lima, ibu kota Peru, dengan mengenakan masker antre hingga keluar sebuah pasar swalayan karena menjaga jarak untuk menghindari penyebaran virus corona COVID-19. Foto diambil pada 23 Maret 2020./Bloomberg
Warga Lima, ibu kota Peru, dengan mengenakan masker antre hingga keluar sebuah pasar swalayan karena menjaga jarak untuk menghindari penyebaran virus corona COVID-19. Foto diambil pada 23 Maret 2020./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Total stimulus sekitar US$8 triliun yang digelontorkan pemerintah menggambarkan kesenjangan antara negara-negara miskin dan kaya.

Alhasil, situasi ini memperburuk kesulitan ekonomi yang kini melanda dunia.

Negara-negara kaya telah merogoh kocek lebih dalam untuk meredam dampak ekononomi pandemi. Misalnya, Jerman dan Italia masing-masing telah mengalokasikan lebih dari 30 persen dari produk domestik bruto untuk belanja langsung, garansi bank, dan suntikan pinjaman dan ekuitas. Total bantuan senilai US$1,84 triliun.

Di sisi yang berlawanan, negara-negara paling rentan terhadap krisis menghadapi keprihatinan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurut data IMF, banyak ekonomi Afrika dan Amerika Latin bahkan tidak mampu mengelontorkan miliarian dolar dalam bantuan fiskal.

"Pemerintah di seluruh dunia mengeluarkan langkah-langkah dukungan fiskal, tetapi tidak semua paket fiskal sama," kata Chua Hak Bin, ekonom senior di Maybank Kim Eng Research Pte. di Singapura, dilansir Bloomberg, Kamis (23/4/2020).

Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath telah berulang kali menyuarakan keprihatinan bahwa negara-negara berkembang memiliki lebih sedikit ruang kebijakan dan infrastruktur yang kurang canggih untuk mengelola pandemi.

Adapun stimulus fiskal global lebih dari US$8 triliun terdiri atas jaminan bank di negara-negara maju seperti Prancis dan Spanyol yang telah mengalokasikan masing-masing lebih dari US$300 miliar dan US$100 miliar untuk dukungan semacam ini, misalnya. Sedangkan di AS, total pengeluaran untuk bantuan virus mencapai lebih dari US$2,3 triliun.

Afrika Selatan, satu-satunya anggota Grup 20 di benua itu, telah berhasil meningkatkan dukungannya menjadi sekitar US$26 miliar. Namun, banyak dari negara tetangganya jauh lebih terpukul.

Meski demikian, melacak dukungan fiskal di seluruh dunia bukanlah hal yang mudah. Beberapa negara seperti Rusia belum menerbitkan angka resmi untuk bantuan, sementara yang lain seperti Meksiko mengungkap terlalu sedikit detail untuk memperkirakan paket dukungan.

Menurut data yang dikumpulkan Bloomberg, tidak ada pendanaan bank sentral yang dipertimbangkan. Dukungan fiskal umumnya terbagi dalam tiga kategori, yakni bantuan langsung untuk respons medis terhadap virus, dukungan konsumen termasuk pemberian uang tunai, dan dana untuk bisnis, termasuk keringanan pajak, dukungan pinjaman, jaminan bank, dan subsidi upah.

Dalam banyak kasus, pemerintah telah merealokasi pengeluaran yang sudah dianggarkan dan menambahkan langkah-langkah baru. Berikut ini beberapa sorotan lintas wilayah.

1. Asia Pasifik

Stimulus China sejauh ini sangat terkendali dengan langkah-langkah fiskal senilai sekitar 3 triliun yuan (US$424 miliar) atau 3 persen dari produk domestik bruto. Jumlah itu termasuk pembayaran asuransi pengangguran yang lebih cepat, tarif pajak pertambahan nilai yang lebih rendah untuk perusahaan kecil, dan investasi infrastruktur.

Di seluruh Asia, pemerintah menunjukkan kesediaan untuk memprioritaskan stimulus jangka pendek atas kekhawatiran defisit jangka panjang. Dukungan fiskal Jepang mencapai lebih dari 20 persen PDB, sementara Singapura, Hong Kong dan Australia masing-masing telah mengucurkan pengeluaran sebesar 10 persen atau lebih dari PDB. Indonesia telah menyesuaikan batas pengeluaran defisitnya.

Di Thailand, di mana sektor pariwisata menghasilkan seperlima dari perekonomian pada waktu normal, para pejabat telah meluncurkan beberapa paket bantuan yang memadukan dukungan dari bank sentral dan otoritas fiskal.

2. Benua Amerika

AS telah memberlakukan tiga undang-undang yang berbeda sebagai legalisasi stimulus lebih dari US$2 triliun. Anggota parlemen kini hampir menyelesaikan kesepakatan baru untuk stimulus lanjutan senilai hampir setengah miliar dolar AS. Pembayar pajak AS menerima bantuan tunai, sementara usaha kecil telah mengajukan permohonan top up hingga US$349 miliar program dukungan penggajian.

Presiden Donald Trump mengumumkan pekan lalu bahwa pemerintah akan memanfaatkan sebagian dari dana yang disetujui untuk menawarkan US$16 miliar dalam pembayaran langsung kepada petani dan menaruh US$3 miliar untuk pembelian daging, produk susu, dan makanan lainnya dari pemerintah.

Sementara di Amerika Latin tanggapannya sangat buruk. Pejabat Argentina lebih fokus pada negosiasi pengurangan utang jangka panjang, dan pemerintah Brazil tidak setuju dengan ancaman virus tersebut. Di Meksiko, bahkan sekutu Presiden Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan pihaknya sangat terbatas dalam menawarkan bantuan fiskal.

3. Eropa

Jerman telah menjanjikan dukungan lebih dari US$ 1 triliun, sekitar setengahnya dalam bentuk jaminan bank. Otoritas Inggris secara total mengguyurkan lebih dari setengah triliun dolar, termasuk bantuan yang ditargetkan untuk karyawan yang dipecat dan kelompok khusus orang-orang yang rentan seperti wiraswasta.

Pemerintah Rusia belum menawarkan jumlah tertentu untuk dukungan fiskal secara keseluruhan, tetapi analis di ING Bank menghitung bahwa keringanan pajak, jaminan negara, dan total pengeluaran lainnya sekitar 3 triliun rubel (US$38,6 miliar).

4. Timur Tengah & Afrika

Ketika jumlah kasus yang dikonfirmasi mulai meningkat di Belahan Bumi Selatan, percakapan seputar kebutuhan dan kemampuan pemerintah untuk membantu masih jauh berbeda. Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed memperingatkan bahwa ekonomi Afrika membutuhkan bantuan utang darurat.

Di Timur Tengah, ekonomi bergulat dengan kekacauan di pasar minyak. Uni Emirat Arab, Mesir dan Bahrain adalah di antara negara-negara yang menjanjikan paket bantuan awal. Menurut perkiraan dari Ziad Daoud di Bloomberg Economics, Arab Saudi telah menjanjikan sekitar 79 miliar riyal (US$21 miliar) bantuan fiskal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper