Bisnis.com, JAKARTA - Perjalanan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) ke Havana, Kuba, pada April 2000 begitu berwarna. Mulai dari upaya penghalangan dia oleh Negara Amerika Serikat, curhatnya kepada masyarakat Indonesia di sana soal impeachment, hingga malasnya Gus Dur mendengar pidato Fidel Castro.
Namun, semua itu dijalani Gus Dur seperti tidak ada apa-apa. Ini seperti menggambarkan ciri khas cucu dari pendiri Nahdlatul KH Hasjim Asy’ari itu, kadang tak mau repot menanggapi sebuah masalah.
Misalnya saja soal penghalangan pemerintah AS terhadap kepergiannya ke Kuba itu. Sebelum keberangkatan tersebut, pemerintah AS memang mengirim Tom Pickering, pejabat tertinggi kedua di Deplu AS. Dalam kesempatan itu, AS meminta Gus Dur tak pergi ke sejumlah negara.
Menurut Gus Dur, AS tak memiliki hak untuk mengatur ke mana ia melangkah. Ia lebih mempercayai pendapat orang-orang di sekitarnya. Untuk yang satu ini, Gus Dur mempercayai Alwi Shihab, Menteri Luar Negeri Indonesia kala itu.
“AS minta saya tidak berkunjung ke lima negara, yaitu Kuba, Korsel, Iran, Irak, dan Libya. Saya sih terserah Pak Alwi. Kita kan bukan anteknya AS. Jadi ke mana saja pergi, bebas. Kalau kita tidak pergi, kelihatan kita dijajah AS,” ucapnya.
Kepergian Gus Dur ke Havana ini untuk menghadiri acara Konferensi Tingkat Tinggi Negara Selatan-Selatan, atau KTT G-77. Pada kesempatan tersebut, Bisnis Indonesia ikut dalam rombongan kepresidenan untuk bertolak ke Negara Komunis itu.