Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Letusan Gunung Anak Krakatau, Lebih Kuat dari Erupsi Desember 2018

Volcanodiscovery melaporkan letusan Gunung Anak Krakatau pada 10 April melontarkan debu dan asap sulfur dioksida (SO2) hingga 15 kilometer. 
Letusan Gunung Anak Krakatau terlihat dari foto udara yang diambil dari pesawat Cessna 208 B Grand Caravan milik Maskapai SusiAir di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018). Bisnis/Nurul Hidayat
Letusan Gunung Anak Krakatau terlihat dari foto udara yang diambil dari pesawat Cessna 208 B Grand Caravan milik Maskapai SusiAir di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Letusan dari erupsi Gunung Anak Krakatau kemarin, Jumat (10/4/2020) malam, dinilai jauh lebih kuat bila dibandingkan dengan kejadian serupa pada 22 Desember 2018.

Saat itu erupsi Gunung Anak Krakatau diikuti runtuhnya sebagian material ke laut lalu memicu tsunami yang menelan korban ratusan jiwa.

Hal itu terungkap dalam laporan Volcanodiscovery yang melalui laman resminya menunjukkan tinjauan berbasis citra satelit yang diolah VAAC Darwin.

Satu dari sembilan Volcanic Ash Advisory Centres di dunia itu melaporkan bahwa letusan Gunung Anak Krakatau pada 10 April melontarkan debu dan asap sulfur dioksida (SO2) hingga setinggi 15 kilometer.  Kolom debu dan asap itu bergerak ke arah barat laut.

"Letusan itu terpantau satelit dan dua kamera web di darat (di pulau gunung api itu dan di pantai berjarak 40 kilometer dari gunung). Mereka mendeteksi hot spot peningkatan suhu dari aktivitas magma yang terjadi serta pijaran lava yang kuat dari kawah gunung itu."

Setelah Desember 2018, beberapa letusan erupsi Gunung Anak Krakatau juga terjadi di antara keduanya, termasuk pada 25 Maret 2020.

Saat itu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melaporkan beberapa letusan kecil yang ditandai dengan kolom debu dan asap mencapai 914 meter. Letusan juga terdeteksi lewat enam kali gempa dan satu tremor vulkanik.

Untuk kejadian letusan terbaru, Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api di PVMBG, Hendra Gunawan, kembali menegaskan tipe erupsi Gunung Anak Krakatau. Dia menerangkan, erupsi gunung yang terletak di Selat Sunda dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, itu hanya mengeluarkan semburan, bukan letusa eksplosif.

"Biasanya dalam jarak dua kilometer, kedengaran juga hanya suara desis saja," ujar Hendra kepada Antara, Sabtu (11/4/2020).

Hendra menjawab ramainya pembahasan di media sosial perihal suara dentuman yang diduga berasal dari letusan Gunung Anak Krakatau yang terdengar hingga wilayah sekitaran Jakarta. Hingga Sabtu pagi, tagar dentuman dicuitkan ribuan kali oleh warganet dan menduduki trending Indonesia nomor dua di twitter.

Berdasarkan laporan PVMB, Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi pada 10 April 2020 pukul 22.35 WIB dengan ketinggian kolom abu sekitar 657 meter di atas permukaan laut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Tempo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper