Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setengah Wilayah Berstatus Darurat, Jepang Dibayangi Resesi

Setengah dari wilayah Jepang ditetapkan berstatus darurat menyusul lonjakan kasus virus corona di ibu kota Tokyo. Kebijakan itu memperdalam kekhawatiran bahwa output ekonomi akan turun hingga 20 persen pada kuartal saat ini.
Seorang wanita menggunakan masker pelindung wajah, setelah mewabahnya virus korona, berjalan melewati spanduk menyambut Olimpiade Tokyo 2020 di depan gedung Pemerintah Kota Tokyo di Tokyo, Jepang, Jumat (6/3/2020). Antara/Reuters
Seorang wanita menggunakan masker pelindung wajah, setelah mewabahnya virus korona, berjalan melewati spanduk menyambut Olimpiade Tokyo 2020 di depan gedung Pemerintah Kota Tokyo di Tokyo, Jepang, Jumat (6/3/2020). Antara/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Setengah dari wilayah Jepang ditetapkan berstatus darurat menyusul lonjakan kasus virus corona di ibu kota Tokyo. Kebijakan itu memperdalam kekhawatiran bahwa output ekonomi akan turun hingga 20 persen pada kuartal saat ini.

Adapun selain Tokyo, enam prefektur lain yang akan dikenai status darurat antara lain Osaka, Kanagawa, Saitama, Chiba, Hyogo, dan Fukuoka. Perdana Menteri Shinzo Abe akan secara resmi mengumumkan kebijakan itu pukul 7.00 malam waktu Tokyo.

Abe juga akan mengungkap perincian paket stimulus senilai hampir US$1 triliun untuk mencegah perekonomian memasuki resesi lebih dalam.

Dengan mendorong bagian besar output dan konsumsi negara ke arah soft-lockdown, Abe berisiko berkontribusi terhadap kontraksi ekonomi yang menurut sejumlah analis akan lebih besar daripada pukulan krisis keuangan global. Dia dituntut menyeimbangkan risiko itu terhadap bahaya infeksi pandemi yang tidak terkendali.

Perhatian yang meningkat di antara para pembuat kebijakan tecermin dari langkah-langkah ekonomi yang sangat menentukan keberhasilan masa jabatan Abe sebagai perdana menteri.

"Saat ini tidak ada pilihan. Anda harus memprioritaskan membatasi penyebaran virus. Saya pikir langkah-langkah yang telah diambil pemerintah sejauh ini relatif sesuai dalam kekuasaan yang mereka miliki," kata kepala ekonom Yuichi Kodama di Meiji Yasuda Research Institute, dilansir Bloomberg, Selasa (7/4/2020).

Adapun Tokyo, Kanagawa, Chiba dan Saitama, merupakan sepertiga dari produk domestik bruto negara ini dengan output yang setara dengan Kanada dan sangat bergantung pada jasa dan ritel. Osaka adalah tujuan wisata populer sekaligus tempat berdiirnya sejumlah produsen elektronik seperti Panasonic Corp., Keyence Corp., dan Sharp Corp.. Jika ditambah Kobe, Osaka, dan Fukuoka, maka presentasenya menjadi 48 persen dari PDB, menurut perhitungan Bloomberg.

Sementara itu, pengeluaran dan produksi sudah surut setelah kenaikan pajak penjualan dan serangkaian badai destruktif menjelang akhir tahun lalu. Akumulasi dari fator-faktor tersebut dikhawatirkan berdampak panjang pada tren konsumsi bagi populasi yang sudah resah mengenai kebutuhan masa pensiun.

"Bahkan untuk kota-kota yang tidak ditunjuk sebagai tempat dalam keadaan darurat, pola pengeluaran akan berubah secara signifikan. Dampak dari coronavirus tidak akan hilang begitu saja," kata ekonom Citigroup Kiichi Murashima.

Dia memperkirakan kontraksi 19,7 persen secara tahunan pada kuartal kedua.

Kasus virus corona juga meningkat di pembangkit tenaga listrik Aichi di Jepang tengah, dengan 227 infeksi dilaporkan pada 5 April 2020, jumlah terbesar keempat di negara itu. Toyota Motor Corp. merupakan salah satu pabrik yang berbasis di Aichi, di mana manufaktur berkontribusi 38 persen dari total output.

Dalam kondisi krisis ini, Jepang diingatkan kembali pada kejatuhan ekonomi global pada 2008 di mana negara ini menderita lebih dalam daripada AS.

"Ketika pekerjaan AS merosot, tidak ada keraguan bahwa ekspor Jepang akan menurun. Kami akan melihat dampak dari virus corona ke sektor jasa ke manufaktur mulai pada musim panas," kata Hideo Kumano, kepala ekonom di Dai-Ichi Life Research Institute dan mantan pejabat Bank of Japan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper