Bisnis.com, JAKARTA - Asean Macroeconomic Research Office (AMRO) memproyeksikan pertumbuhan blok ekonomi ini akan melemah tajam dan tumbuh rata-rata 1,1 persen pada 2020, sebelum pulih menjadi 5,2 persen pada 2021.
Faktor utamanya yakni lonjakan infeksi Covid-19 yang terjadi di negara-negara Asean yang menyebabkan pemberlakuan langkah-langkah ketat termasuk karantina nasional untuk menghentikan penyebaran wabah. Selain itu, seluruh negara juga telah mengadopsi paket stimulus untuk mendukung ekonomi.
Sementara itu, Asean+3, yakni anggota blok ekonomi ditambah tiga negara Asia timur yaitu China, Jepang, dan Korea Selatan, juga akan mengalami perlambatan sebesar 2 persen pada tahun ini. Namun, penurunan itu akan diikuti oleh kenaikan kuat menjadi 5,5 persen pada 2021.
Eropa dan Amerika Serikat diperkirakan akan memasuki resesi saat wabah mereda di China dan Korea Selatan. Akibatnya, pemulihan ekonomi China akan jauh lebih lemah pada 3,5 persen pada tahun ini.
"Tragedi global pandemi Covid-19 mengingatkan kita akan nasib kolektif dan menantang kawasan untuk menunjukkan ketahanan dan komitmennya untuk menghasilkan solusi yang melindungi dan memperkuat kepentingan jangka panjang," kata Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor dalam keterangan tertulisnya, Selasa (7/4/2020).
Dalam laporannya, AMRO juga menjabarkan potensi pertumbuhan di kawasan Asean+3 ke depan. Khor melanjutkan, transisi menuju ekonomi yang digerakkan oleh teknologi dan jasa menuntut pendekatan pertumbuhan baru, semangat gerakan teknopreneurial, dan kolaborasi regional yang lebih erat.
Baca Juga
Sementara ekonomi regional dapat terus meningkatkan strategi manufaktur bagi ekspor konvensional untuk meningkatkan kecakapan teknologi dan daya saing, sama pentingnya untuk mengembangkan sektor jasa. Dengan demikian, tak hanya daya saing yang meningkat tetapi juga inovasi, pertumbuhan serta lapangan kerja.
Kemunculan 'Factory Asia' telah meningkatkan daya saing kawasan ini dalam berbagai kegiatan manufaktur. Lebih penting lagi, peningkatan tajam dalam pendapatan rumah tangga telah menyebabkan munculnya 'Shopper Asia'.
Wilayah ini telah menjadi sumber permintaan yang kuat untuk barang dan jasa, ditandai dengan kelas menengah yang berkembang dengan kekuatan belanja yang lebih besar. Perkembangan ini memberi kawasan ini basis yang kuat untuk terus merangkul jaringan produksi global dan pasar global.
Selain itu, untuk memposisikan wilayah ini dengan kuat, pembuat kebijakan perlu memperluas dan mempercepat upaya dalam mengembangkan sumber daya manusia, memfasilitasi aliran tenaga kerja terampil dan profesional lintas batas yang lebih bebas, dan memperbarui aturan yang mengatur perdagangan. Interpretasi baru dari jaring pengaman sosial juga diperlukan, terutama mengingat semakin pentingnya ekonomi pertunjukan.
Sangat penting bagi pemerintah daerah untuk memasang jaring pengaman sosial yang lebih kuat bersamaan dengan upaya untuk meningkatkan jaring pengaman keuangan daerah.
"Kapasitas untuk menghadapi tantangan tidak diragukan, dan keinginan untuk membentuk masa depan kawasan secara bersama juga kuat," lanjut Khor.