Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kongres AS Godok Stimulus Lanjutan Senilai US$1 Triliun

Ketua Parlemen AS Nancy Pelosi mengatakan paket stimulus berikutnya akan difokuskan pada pos-pos yang ditetapkan dalam anggaran stimulus senilai US$2 triliun yang ditandatangani menjadi undang-undang bulan lalu.
Nancy Pelosi./ Reuters
Nancy Pelosi./ Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Rancangan Undang-Undang (RUU) stimulus ekonomi AS selanjutnya setidaknya akan menyertakan anggaran senilai lebih dari US$1 triliun.

Ketua Parlemen AS Nancy Pelosi mengatakan paket stimulus berikutnya akan difokuskan pada pos-pos yang ditetapkan dalam anggaran stimulus senilai US$2 triliun yang ditandatangani menjadi undang-undang bulan lalu.

Pelosi mengatakan harus ada bantuan langsung tambahan untuk perorangan, asuransi pengangguran yang diperpanjang serta lebih banyak sumber daya untuk bantuan makanan. Selain itu, Kongres AS juga menaikkan Payroll Protection Plan yang memberikan pinjaman kepada usaha kecil.

Pemerintah negara bagian juga akan menerima bantuan selanjutnya melalui anggaran terbaru tersebut, dengan penekanan pada kota kecil dengan kurang dari 500.000 penduduk.

Pelosi mengatakan dia ingin RUU stimulus itu disahkan bulan ini. Sedangkan Kongres tidak menjadwalkan pertemuan setidaknya sampai 20 April 2020. Namun dimungkinkan untuk mengeluarkan undang-undang meski sebagian besar anggota berada di luar kota, selama tidak ada yang keberatan.

Presiden Donald Trump mengatakan Sabtu pekan lalu bahwa dia akan meminta Kongres menggelontorkan lebih banyak dana untuk usaha kecil jika anggaran US$349 miliar yang telah ditentukan sebelumnya habis.

Dalam briefing di Gedung Putih pada Senin kemarin, Trump juga mengatakan bahwa jika putaran stimulus selanjutnya diperlukan, dia akan mempertimbangkan bantuan lebih langsung untuk warga AS.

"Ini benar-benar dalam pertimbangan serius," katanya, dilansir Bloomberg, Selasa (7/4/2020).

Namun Trump juga menginginkan pos anggaran infrastruktur sebagai bagian dari stimulus itu.

Mantan Ketua Federal Reserve Janet Yellen mengatakan kepada Fraksi Demokrat di parlemen bahwa bank khawatir harus bertanggungjawab atas risiko penipuan dari program pinjaman yang harus disalurkan dengan cepat.

Dia mengatakan Kongres harus menyediakan perlindungan untuk memastikan bank tidak bertanggung jawab atas pelanggaran yang bukan kesalahan mereka. Yellen juga mengulangi prediksi sebelumnya tentang gawatnya krisis ekonomi karena sebagian besar negara menghindari perjalanan dan liburan.

Dia mengatakan tingkat pengangguran mungkin sudah setidaknya 13 persen. Berapa lama kondisi ini akan bertahan tergantung pada respon kesehatan masyarakat.

Menanggapi pertanyaan dari Anggota Demokrat Nevada Steven Horsford tentang cara terbaik bagi negara untuk merespons, Yellen mengatakan akan ada kebutuhan yang sangat besar untuk dana tambahan untuk mendukung pemerintah daerah. Dia menyarankan agar Badan Keuangan Perumahan Federal dapat terlibat untuk membantu mencegah krisis penyitaan.

Dan Kildee, Wakil dari Michigan mengatakan dia mendukung seruan beberapa Anggota Demokrat untuk memungkinkan Federal Reserve membeli utang pemerintah kota, meskipun banyak pemerintah daerah tidak dapat meminjam dan kekurangan pendapatan.

Berbicara dalam sebuah wawancara setelah panggilan itu, Kildee menyatakan merupakan sesuatu yang sulit untuk membuat Partai Republik setuju membantu negara bagian dan daerah akan.

"Saya tidak tahu bagaimana keberlangsungan bipartisan ketika kita bergerak menuju pemulihan," kata Kildee.

Dia menambahkan bahwa tujuan utama masih untuk mengurangi krisis ekonomi dan upaya pemulihan yang melibatkan pengeluaran infrastruktur harus dikesampingkan terleih dahulu. Kildee mengatakan Kongres harus memperpanjang program pinjaman usaha kecil selama lima bulan, dari batas waktu saat ini 30 Juni 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper