Bisnis.com, JAKARTA - Para pendaki Gunung Everest yang sedang turun tertahan, karena Pemerintah Nepal menerapkan karantina wilayah atau lockdown untuk menghambat pandemi virus corona (Covid-19).
Sementara waktu, para pendaki yang meninggalkan gunung itu menggunakan penerbangan untuk pindah ke tempat yang dianggap aman.
Ada 174 pelancong asing dan empat warga Nepal yang harus meninggalkan gunung melalui udara, pada Sabtu, 28 Maret 2020,
"Mereka menumpangi 12 pesawat kecil dan dua helikopter," kata Dhurba Shrestha, seorang pejabat di Bandara Tenzing-Hillary di Lukla, Nepal.
Para pelancong itu memanfaatkan satu-satunya lapangan terbang yang melayani penerbangan di wilayah Gunung Everest. Adapun Bandara Tenzing-Hillary berada di ketinggian 2.799 meter.
Pemerintah Nepal telah menutup semua puncak Himalaya, termasuk Gunung Everest, untuk musim pendakian sejak 13 Maret 2020. Langkah itu setelah Pemerintah Cina menutup akses ke Gunung Everest melalui Tibet.
Namun, ketika Pemerintah Nepal menutup jalur pendakian, belum semua pendaki meninggalkan gunung. Selama perjalanan, sebagian masih berada di kaki gunung ketika Pemerintah Nepal menerapkan langkah lanjutan untuk karantina wilayah.
Menurut laporan Foreign Policy, data terbaru menjelaskan, ada lima kasus Covid-19 di Nepal. Meski jumlah itu tidak banyak, Nepal melakukan karantina wilayah menyeluruh sejak Selasa, 24 Maret 2020.
Keputusan itu diambil pemerintah setelah menemukan kasus kedua, seorang pelajar Nepal yang pulang dari Prancis melalui Qatar. Kemudian, penerbangan dan bus jarak jauh ditunda, serta perbatasan negara ditutup.
Sebelumnya Nepal sempat menganggap sebagai negara yang jauh dari ancaman Covid-19. Waktu itu, pemerintah ingin mendorong kampanye pariwisata Visit Nepal 2020. Namun, ketika pandemi Covid-19 menyebar ke seluruh dunia, suasana di Nepal menjadi ketar-ketir. Maka langkah selanjutnya adalah segera menutup perbatasan.