Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral Singapura Tunda Pembayaran KPR dan Cicilan UKM

Moneter Authority of Singapore (MAS) menyatakan bahwa nasabah dan perusahaan yang terdampak virus Corona akan mendapatkan keringanan dari perbankan dalam pembayaran KPR dan pinjaman bisnis.
Tampak depan Gedung Monetary Authority of Singapore/ Bloomberg-Ore Huiying
Tampak depan Gedung Monetary Authority of Singapore/ Bloomberg-Ore Huiying

Bisnis.com, JAKARTA - Moneter Authority of Singapore (MAS) mengatakan bahwa perbankan akan menawarkan keringanan bagi nasabah dan perusahaan yang terpukul akibat pandemi virus Corona. Salah satunya penangguhan pembayaran KPR dan pinjaman bisnis, serta pemotongan suku bunga kartu kredit.

Dalam pernyataan resmi, MAS mengumumkan bank dan perusahaan keuangan dapat menunda pembayaran pokok dan bunga KPR sampai 31 Desember 2020. Selain itu, perusahaan kecil dan menengah dapat memilih untuk menunda pembayaran pokok pinjaman jangka panjangnya yang dijamin sampai akhir tahun.

Bantuan pinjaman terbaru dari bank sentral menambah beberapa langkah fiskal dan moneter lainnya yang digunakan setelah pandemi virus Corona memicu penurunan ekonomi terburuk dalam satu dekade pada kuartal pertama. Lebih dari 40 miliar dolar Singapura (US$28 miliar) dari fasilitas pinjaman yang ada untuk usaha kecil kemungkinan akan digelontorkan pemerintah.

"Guncangan terhadap ekonomi dari wabah Covid-19 belum pernah terjadi sebelumnya. Kita harus mengambil langkah-langkah luar biasa untuk mengatasi tidak hanya krisis kesehatan, tetapi apa yang telah berkembang menjadi krisis ekonomi global yang mendalam," kata Samuel Tsien, ketua Asosiasi Bank di Singapura, dilansir Bloomberg, Rabu (1/4/2020).

DBS Group Holdings Ltd., Oversea-Chinese Banking Corp dan United Overseas Bank Ltd., tiga pemberi pinjaman terbesar Singapura, telah mengambil langkah-langkah untuk membantu perusahaan kecil dan individu termasuk menunda pembayaran pokok dan bantuan likuiditas.

"Mengingat ukuran gabungan bank-bank dan pendekatan bantuan yang disesuaikan, dampak yang diantisipasi pada pendapatan bank-bank Singapura akan kecil," ujar Kevin Kwek, seorang analis perbankan di Sanford C. Bernstein di Singapura.

Dia menambahkan, pemberi pinjaman Singapura tidak mungkin untuk memotong dividen mereka, seperti yang dilakukan bank-bank di Inggris.

"Karena neraca pada saat ini tidak mungkin menerima pukulan besar dan rasio modal kuat, dividen yang dijanjikan tahun ini tidak akan terpengaruh. Tahun depan akan menjadi pertanyaan tentang seberapa besar pendapatan dipengaruhi," kata Kwek.

Namun, tiga bank utama Singapura itu telah terdampak perlambatan ekonomi, yang telah menurunkan suku bunga dan meningkatkan risiko gagal bayar pinjaman.

Saham DBS turun 0,9 persen pada 18,40 dolar Singapura pada 9:21 waktu setempat, yang menjadikan penurunan tahun ini hampir 29 persen. Saham UOB sedikit berubah, dengan penurunan 26 persen dari tahun sebelumnya. Begitu juga OCBC, yang sahamnya kehilangan 22 persen sepanjang tahun berjalan 2020.

Langkah-langkah baru yang diumumkan oleh bank sentral juga akan memungkinkan pemegang polis asuransi jiwa dan kesehatan untuk menunda pembayaran premi hingga enam bulan, sementara pelanggan dengan polis properti dan asuransi mobil dapat membuat rencana pembayaran angsuran.

"Lembaga keuangan akan memproses semua aplikasi secepatnya," ujar MAS.

Bank-bank internasional yang beroperasi di Singapura termasuk Citigroup Inc. dan Standard Chartered Plc juga mengambil langkah ini.

Wakil Perdana Menteri Heng Swee Keat pekan lalu meluncurkan paket dukungan fiskal kedua sebesar 48 miliar dolar Singapura untuk membantu bisnis dan konsumen yang terdampak oleh wabah virus. Produk domestik bruto turun 10,6 persen secara tahunan pada kuartal pertama dari tiga bulan sebelumnya, dan pemerintah memproyeksikan resesi parah selama setahun penuh.

Bank sentral Singapura juga mengambil langkah-langkah pelonggaran yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mendukung ekonomi yang bergantung pada perdagangan. MAS menurunkan apresiasi nilai tukar mata uang menjadi nol. Kebijakan itu menyiratkan regulator akan memungkinkan mata uang yang lebih lemah untuk meningkatkan ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper