Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Kerek Stimulus Corona hingga US$1 Triliun

Presiden AS Donald Trump mendorong para pembantunya untuk meningkatkan paket stimulus corona hingga US$1 triliun.
Presiden AS Donald Trump dalam pertemuan dengan para eksekutif bank di Gedung Putih di Washington, DC, AS, pada hari Rabu, 11 Maret 2020. Trump mengatakan akan membuat pernyataan padda Rabu (11/3/2020) malam tentang bagaimana dia akan meredam wabah virus corona. / Bloombergnn
Presiden AS Donald Trump dalam pertemuan dengan para eksekutif bank di Gedung Putih di Washington, DC, AS, pada hari Rabu, 11 Maret 2020. Trump mengatakan akan membuat pernyataan padda Rabu (11/3/2020) malam tentang bagaimana dia akan meredam wabah virus corona. / Bloombergnn

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden AS Donald Trump mendorong para pembantunya untuk meningkatkan paket stimulus corona hingga US$1 triliun.

Permintaan Trump menyampaikan permintaan tersebut saat pertemuan di Gedung Putih, salah satunya kepada Menteri Keuangan Steven Mnuchin. Pejabat lainnya juga diimbau untuk mendorong hal ini ke parlemen.

Para pejabat telah mengajukan US$850 miliar dalam proposal stimulus untuk virus corona. Namun Trump menginginkan setidaknya jumlah tersebut menjadi genap US$1 triliun. Para pejabat kemudian dengan cepat menemukan item untuk ditambahkan ke paket untuk mendorong totalnya mencapai US$1,2 triliun.

“Jumlahnya besar. Ini situasi yang sangat besar dalam perekonomian ini," kata Mnuchin, dilansir Bloomberg, Rabu (18/3/2020).

Menurut para pejabat yang dekat dengan masalah ini, anggaran US$1 triliun itu termasuk US$250 miliar cek yang akan dikirim pada April dan ditambah stimulus berikutnya sebulan kemudian, berjumlah US$500 miliar.

Sisanya, US$300 miliar akan digelontorkan untuk bisnis kecil dan US$200 miliar untuk maskapai penerbangan, hotel dan industri besar lainnya yang terdampak virus.

Mnuchin juga mengumumkan penundaan pajak pada briefing, yang dapat mendorong total menjadi US$1,2 triliun. Gedung Putih belum memerinci angka yang diusulkan, sebab masih membutuhkan persetujuan dari Kongres.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper