Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekanan Pulihkan Ekonomi Dorong China Siasati Data, Benarkah?

Setelah berupaya meyakinkan publik akan kemampuannya menangani dan menghentikan laju kasus coronavirus baru, Pemerintah China dihadapkan pada tekanan untuk kembali memutar roda perekonomian.
Presiden China Xi Jinping  menuju ke Rumah Sakit (RS) Huoshenshan setelah tiba di Wuhan untuk melakukan kunjungan inspeksi, Selasa (10/3/2020). Wuhan merupakan kota di Provinsi Hubei yang menjadi pusat penyebaran Virus Corona atau Covid-19. Foto: Antara dari Xinhua
Presiden China Xi Jinping menuju ke Rumah Sakit (RS) Huoshenshan setelah tiba di Wuhan untuk melakukan kunjungan inspeksi, Selasa (10/3/2020). Wuhan merupakan kota di Provinsi Hubei yang menjadi pusat penyebaran Virus Corona atau Covid-19. Foto: Antara dari Xinhua

Bisnis.com, JAKARTA - Setelah berupaya meyakinkan publik akan kemampuannya menangani dan menghentikan laju kasus virus corona  baru, Pemerintah China dihadapkan pada tekanan untuk kembali memutar roda perekonomian.

Manufacturing purchasing managers' index (PMI) China anjlok ke rekor terendah di angka 35,7 pada Februari 2020. Penurunan tajam ini menggarisbawahi betapa pentingnya ekonomi untuk kembali bergulir.

Tekanan ini pun memunculkan godaan untuk memanipulasi data. Fenomena tersebut terjadi pada penggunaan listrik, salah satunya di Provinsi Zhejiang, sebuah pusat industri di pantai timur China.

Dilansir Bloomberg, Selasa (10/3/2020), menurut sumber yang dekat dengan masalah ini, setidaknya pemerintah di tiga kota di provinsi tersebut menetapkan target konsumsi daya kepada pabrik lokal untuk menunjukkan bangkitnya produksi. Hal itu mendorong beberapa pabrik mengoperasikan mesin meski tak menghasilkan apa-apa.

Di Zhejiang, seorang pemilik pabrik mengatakan bahwa pejabat setempat mengharuskan pihaknya untuk mencapai 20 persen konsumsi listrik normalnya. Namun, beberapa perusahaan kecil tidak dapat memulai kembali pekerjaan karena para para pegawainya belum kembali.

Sementara itu, Pemerintah Zhejiang tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai target yang ditetapkan ini.

Wabah Covid-19 memang telah memberi pukulan, baik pada konsumsi maupun produksi serta membuat jutaan perusahaan dalam bahaya. Namun, para ekonom menilai, jika tekanan untuk kembali berproduksi mendorong para pembuat kebijakan menciptakan pandangan ekonomi yang menyimpang, Beijing akan menanggung risiko yang lebih besar.

"Ini berarti bahwa bahkan barometer yang lebih hampir meleset, yang digunakan oleh para ekonom dan investor akan dibuat tidak akurat, dan pada akhirnya tidak dapat diandalkan," kata Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Ltd. di Singapura, dilansir Bloomberg, Selasa (10/3/2020).

Beijing telah berusaha meyakinkan publik bahwa ekonomi kembali berjalan dan menggembar-gemborkan statistik resmi yang mengukur proporsi perusahaan di setiap provinsi yang telah kembali bekerja, tetapi tidak memperhitungkan kapasitas operasional.

Data yang dirilis pekan lalu oleh perencana ekonomi utama negara itu menunjukkan 70 persen perusahaan di pusat industri seperti Shandong dan Guangdong telah kembali bekerja. Sementara di Zhejiang angkanya lebih dari 90 persen.

Meskipun tidak jelas seberapa luas masalah data yang diduga dimanipulasi di China, ada tanda-tanda bahwa penggunaan listrik telah menjadi fokus utama di Zhejiang.

Kantor Berita Resmi Xinhua pekan lalu menerbitkan sebuah cerita tentang produksi yang dilanjutkan di Guangdong, ekonomi provinsi terbesar di China, menggunakan konsumsi daya sebagai bukti utama untuk menunjukkan seberapa cepat semuanya kembali normal.

Selain itu, Pejabat pemerintah Jumat pekan lalu membawa wartawan ke dua pabrik di Beijing untuk menunjukkan bahwa produksi telah kembali berjalan. Para pejabat di pembangkit listrik gas alam Huadian Beijing juga mengatakan bahwa permintaan dan output mencapai angka yang hampir sama dengan saat setelah liburan Tahun Baru Imlek 2019.

Namun, Beijing bukanlah pusat industri besar dan tidak diketahui apakah situasinya sama di seluruh negeri.

Di sepanjang pantai timur industri, permintaan batu bara untuk menghasilkan listrik mencapai pucaknya kemarin sejak 24 Januari 2020. Namun, angkanya masih 20 persen di bawah penggunaan tahun lalu pada periode yang sama.

Banyak pekerja migran terjebak di kampung halamannya atau harus menjalani karantina wajib 14 hari begitu mereka kembali ke tempat bekerja. Pada pertengahan Februari lalu, Kementerian Transportasi memperkirakan 200 juta pekerja migran akan melakukan perjalanan untuk kembali ke tempat kerja. Pejabat juga menyatakan akan ada 100 juta perjalanan lagi mulai Maret dan seterusnya.

Kegiatan ekonomi yang tidak segera kembali normal di seluruh negara akan menjadi akhir bagi banyak perusahaan. Sebuah survei terhadap usaha kecil dan menengah China yang dilakukan bulan ini menunjukkan bahwa sepertiga responden hanya memiliki cukup uang tunai untuk menutup biaya selama satu bulan. Sepertiga lainnya telah kehabisan dana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper