Bisnis.com, JAKARTA - Pria yang memimpin Shincheonji Church of Jesus, yang secara luas dianggap sebagai sekte sesat, meminta maaf pada Senin (2/3), atas kondisi yang diakibatkan oleh para pengikutnya dalam krisis virus corona di Korea Selatan.
"Meskipun tidak disengaja, banyak orang telah terinfeksi. Kami melakukan upaya terbaik kami, tetapi tidak dapat mencegah semuanya," ujar Lee Manhee, seperti dikutip melalui Business Insider, Selasa (3/3).
Lee, 88 tahun, dilaporkan mengklaim dirinya sebagai Juru Selamat dengan kemampuan untuk membawa 144.000 orang ke surga bersamanya pada Hari Penghakiman. Shincheonji kini memiliki 250.000 lebih anggota.
South China Morning Post melaporkan bahwa Lee, yang mengenakan masker selama konferensi pers, juga meminta pengampunan dari rakyat Korea Selatan dan pemerintahnya. Foto-foto dari konferensi pers di luar gedung gereja di kawasan Gapyeong menunjukkan dia menundukkan kepalanya sambil berlutut.
Konferensi pers tersebut dilaksanakan setelah Wali Kota Seoul, Park Wonsoon mengumumkan gugatan terhadap 12 pemimpin sekte Shincheonji atas pembunuhan, cedera, dan pelanggaran terhadap pencegahan dan pengelolaan penyakit menular.
Shincheonji menjadi pusat perhatian pada penyebaran COVID-19 di Korea Selatan setelah seorang jemaat gereja berusia 61 tahun di Daegu dinyatakan positif dan menyebabkan peristiwa "penyebar super".
Baca Juga
Wanita yang dijuluki "Pasien 31," mengabaikan gejala-gejalanya meskipun ada seruan nasional untuk pengujian virus corona karena dia mengira dia menderita flu biasa, kata pihak berwenang.
Meskipun sakit, dia tetap menghadiri sesi doa pada dua akhir pekan berturut-turut, yang kemudian memaksa pejabat di provinsi Daegu untuk meminta lebih dari 1.000 pengunjung gereja agar tinggal di rumah dan mengisolasi diri dari keluarga mereka.
Pejabat kesehatan Korea juga menemukan bahwa pemakaman kakak laki-laki Lee diadakan di rumah sakit di Cheongdo, di mana gelombang kedua kasus virus corona terjadi, dan kematian COVID-19 pertama di negara itu dilaporkan.
Ketika kasus COVID-19 yang terkait dengan gereja meningkat, para pemimpin Shincheonji dipaksa untuk bekerja dengan pihak berwenang, membagikan nama-nama anggotanya dan menutup fasilitas gereja.
Hingga Senin (2/3), virus Corona yang berasal dari Wuhan, China, telah menginfeksi lebih dari 90.000 orang dan menyebabkan 3.000 kasus kematian.
Korea Selatan merupakan negara kedua yang terkena dampak paling parah setelah daratan China.
Lebih dari 4.300 orang dilaporkan terinfeksi dan ada 26 kasus kematian, menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC).