Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hubei Revisi Metode Deteksi, Kasus Coronavirus di China Melonjak

Jumlah kasus virus Corona baru yang resmi dilaporkan di Provinsi Hubei, China, melonjak hingga 45 persen. Hal itu terjadi usai pemerintah provinsi Hubei merevisi metode deteksi kasus.
Gambar satelit Pusat Medis Regional Gunung Dabie di Huanggang, Hubei, China. Gambar diambil (3/9/2019). Gambar satelit  2020 Maxar Technologies / Handout via Reuters
Gambar satelit Pusat Medis Regional Gunung Dabie di Huanggang, Hubei, China. Gambar diambil (3/9/2019). Gambar satelit 2020 Maxar Technologies / Handout via Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah kasus virus Corona baru yang resmi dilaporkan di Provinsi Hubei, China, melonjak hingga 45 persen. Hal itu terjadi usai pemerintah provinsi Hubei merevisi metode deteksi kasus.

Dikutip dari Bloomberg, Kamis (13/2/2020), Komisi Kesehatan Hubei menyatakan akan mulai memasukkan kasus yang terkonfirmasi melalui diagnosis klinis yang mengacu pada penggunaan CT scan.

Sebelumnya, banyak pasien dengan gejala seperti pneumonia yang ditemukan melalui CT scan tidak dapat didiagnosis positif tanpa adanya tambahan tes asam nukleat. Setelah mengantre berjam-jam untuk mendapatkan tes asam nukleat, orang biasanya pulang dari rumah sakit jika hasil tesnya negatif, bahkan jika gejala lain seperti demam dan batuk terlihat jelas.

Mengutip BBC, dengan metode diagnosa baru tersebut, saat ini provinsi yang menjadi pusat penyebaran virus Corona (Covid-19) itu mencatat penambahan 14.840 kasus baru. Sebanyak 13.332 di antaranya merupakan kasus yang didiagnosis secara klinis. Secara keseluruhan, Hubei melaporkan 48.206 kasus terkonfirmasi hingga Rabu (12/2/2020).

Korban yang meninggal meningkat 242 kasus dengan  135 kematian di antaranya berasal dari kasus yang dikonfirmasi melalui metode diagnosis baru.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan terlalu dini untuk memprediksi akhir epidemi.

"Wabah ini masih bisa mengarah ke segala arah," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Ghebreyesus memperingatkan.

Pada Selasa, ahli epidemiologi China Zhong Nanshan mengatakan epidemi akan memuncak di China bulan ini sebelum mereda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper