Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Filipina Putuskan Hubungan Militer dengan AS

Presiden Filipina Rodrigo Duterte secara resmi mengakhiri Perjanjian Kunjungan Angkatan Bersenjata (VFA) yang telah berusia dua dekade dengan Amerika Serikat. Pemutusan hubungan yang disampaikan kemarin seketika mengancam kepentingan AS di kawasan Asia Tenggara.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte/Reuters
Presiden Filipina Rodrigo Duterte/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte secara resmi mengakhiri Perjanjian Kunjungan Angkatan Bersenjata (VFA) yang telah berusia dua dekade dengan Amerika Serikat. Pemutusan hubungan yang disampaikan kemarin seketika mengancam kepentingan AS di kawasan Asia Tenggara.

Menteri luar negeri Teodoro Locsin Jr mengatakan dalam sebuah postingan di media sosial bahwa pemberitahuan pemutusan kunjungan militer itu diterima oleh wakil kepala misi di Kedutaan Besar AS untuk Filipina.

Pemberlakuan putusan itu efektif setelah 180 hari kecuali jika kedua belah pihak setuju untuk mempertahankannya. Locsin telah menandatangani pemberitahuan keputusan itu atas perintah Duterte.

Presiden Flipina itu sering mengkritik kebijakan keamanan AS dan sebaliknya memuji kebijakan China dan Rusia meskipun ada hubungan dekat yang erat antara militer Filipina dengan mitranya di Amerika Serikat.

Menteri Pertahanan AS Mark Esper menyebut keputusan itu "tidak menguntungkan" dan mengatakan hal itu akan menjadi langkah yang salah pada saat Washington dan sekutunya berusaha menekan China untuk mematuhi "aturan ketertiban internasional" di Asia.

Duterte, yang berselisih dengan AS karena beberapa masalah, memutuskan untuk memungkinkan Filipina menjadi lebih independen dalam hubungannya dengan negara-negara lain, kata juru bicaranya, Salvador Panelo seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (12/2/2020).

"Presiden tidak akan menerima inisiatif yang datang dari pemerintah AS untuk menyelamatkan VFA, dia juga tidak akan menerima undangan resmi untuk mengunjungi Amerika Serikat," kata Panelo.

Keputusan tersebut dipicu oleh pencabutan visa AS yang dipegang oleh mantan kepala polisi yang memimpin perang terhadap narkoba itu. Keputusan Filipina itu akan menyulitkan kepentingan militer AS di kawasan Asia-Pasifik di saat ambisi China meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper