Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Seorang Tewas Akibat Corona di Filipina, Ekonomi China Kian Terimbas

Pemerintah China terus melakukan sejumlah upaya menahan epidemi virus corona setelah seorang warga tewas di Filipina akibat serangan virus itu.
Warga membeli masker wajah di toko peralatan medis di Manila, Filipina, Jumat (31/1/2020). Reuters/Eloisa Lopez
Warga membeli masker wajah di toko peralatan medis di Manila, Filipina, Jumat (31/1/2020). Reuters/Eloisa Lopez

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah China terus melakukan sejumlah upaya menahan epidemi virus corona setelah seorang warga tewas di Filipina akibat serangan virus itu. 

Selain itu, ekonomi China diyakini kian terganggu setelah seorang pria asal China (44) tewas di Filipina pada Sabtu (1/2/2020). Departemen Kesehatan Filipina menyebut pria itu berasal dari Kota Wuhan Provinsi Hubei, China.

Dia merupakan orang pertama yang tewas di luar China akibat serangan virus corona. Sementara itu, di China menurut laporan Reuters, Komisi Kesehatan Nasional China menyebut sedikitnya 304 orang tewas di China. 

Dari total korban tewas, 14.380 orang lainnya telah terinfeksi virus tersebut. Sebanyak 171 kasus dilaporkan terjadi di lebih dari 24 negara. Beberapa diantaranya seperti Amerika Serikat, Jepang, Thailand, Hongkong dan Inggris. 

Setelah kejadian itu, China diketahui mengalami keterasingan oleh sejumlah negara. Beberapa negara melarang perjalanan ke China dan melarang atau menunda penerbangan ke negara itu.

Beberapa negara seperti Indonesia dan Jepang juga memilih untuk mengevakuasi seluruh warganya di Provinsi Hubei. Kondisi ini dinilai berisiko memperburuk perlambatan ekonomi negara itu. 

Menurut Reuters, Minggu (2/2/2020), Bank Central China akan menyuntikkan likuiditas senilai 1,2 triliun yuan atau sekitar US$173,8 miliar untuk operasi reverse repo pada Senin (3/2/2020). Bank plat merah itu bersiap membuka kembali pasar saham setelah libur panjang Tahun Baru Imlek. 

Pemerintah juga berjanji membantu perusahaan yang memproduksi barang vital untuk menopang ekonomi negara. Adapun sejumlah mal dilaporkan masih tetap dibuka selama libur kali ini. Namun tidak sedikit toko-toko yang memilih tutup.

“Kami tidak bisa bekerja dan tidak memiliki penghasilan. Saya lebih suka bekerja daripada tinggal di rumah dan tidak melakukan apa-apa,” kata pekerja restoran di China, Wu Caixia di Beijing dikutip Reuters, Minggu (2/2/2020).

Sejumlah pengiriman makanan di Shanghai dan Beijing sudah mulai berdatangan dengan menunjukkan suhu para pekerja. Upaya ini untuk mendeteksi ada tidaknya indikasi virus corona dalam tubuh. 

OPEC dan Komite Teknis Gabungan non - OPEC juga akan bertemu pada 4 -5 Februari di Wina untuk menilai virus tersebut terhadap permintaan minyak bumi. 

Virus itu kian memperburuk perekonomian negara itu setelah serangkaian agenda olahraga di seluruh China terganggu. Salah satunya penyelenggara Formula E yang batal menggelar balapan di Kota Sanya, bulan depan. 

Kendati demikian data pemerintah China, jumlah infeksi kematian virus corona masih kurang mematikan dibandingkan virus SARS yang tersebar pada 2002 - 2003. Saat itu, 8.000 orang terinveksi dan hampir 800 orang di antaranya tewas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rayful Mudassir
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper