Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Facebook Terancam Perlambatan Kinerja

Saham Facebook Inc (FB.O), salah satu media sosial terbesar di dunia, mengalami tren penurunan setelah dihajar sentimen 'titik puncak' usaha yang bisa memicu kejenuhan pasar.
Stiker dengan logo Facebook terlihat dalam konferensi F8 yang digelar Facebook di San Jose, California, AS, Selasa (30/4/2019)./Reuters-Stephen Lam
Stiker dengan logo Facebook terlihat dalam konferensi F8 yang digelar Facebook di San Jose, California, AS, Selasa (30/4/2019)./Reuters-Stephen Lam

Bisnis.com, JAKARTA - Facebook Inc (FB.O), media sosial dengan 2,5 miliar pengguna di seluruh dunia, menghadapi tantangan besar setelah keputusan pemangkasan biaya proteksi privasi data dan sentimen 'titik kulminasi' bisnis.

Isu yang dihadapi perusahaan yang dipimpin oleh Mark Zuckenberg ini telah memicu kekhawatiran Wall Street.

Selain itu, kabar perusahaan menurunkan anggaran biaya perbaikan data privasi pengguna makin menambah kecemasan investor. Alhasil, saham perusahaan sosial media terbesar di dunia ini diperkirakan akan turun 7,2%.

Facebook, Kamis (30/1/2020), melaporkan pertumbuhan pendapatan pada kuartal terakhir 2019 melambat 25%.

Chief Financial Officer (CFO) Facebok David Wehner, dalam pertemuan dengan investor, mengatakan laju ekspansi akan kembali melambat pada kuartal pertama tahun ini.

Mempertimbangkan bisnis yang semakin matang di Facebook, serta dampak regulasi privasi global dan kekhawatiran tentang target iklan, Wehner memperkirakan kemungkinan adanya penurunan tipis hingga moderat untuk tingkat pertumbuhan.

"Kami mengalami beberapa dampak sederhana dari faktor makro yang terjadi hingga saat ini. Mayoritas dampak ini akan dihadapi di masa depan,"kata Wehner.

Wehner mencatat perubahan yang dilakukan oleh Apple Inc (AAPL.O) dan Alphabet Inc (GOOGL.O), yang menaungi Google.

Kedua perusahaan tersebut mengumumkan pembatasan baru pada browser cookie yang digunakan untuk melacak pengguna online untuk kepentingan iklan.

Facebook sendiri diketahui merupakan penjual iklan online terbesar kedua di dunia.

Dalam beberapa tahun terakhir, Facebook juga diawasi secara ketat karena praktik privasi dan bagaimana layanannya telah dimanipulasi sedemikian rupa untuk menyebarkan kabar bohong.

Setelah skandal privasi itu berulang, perusahaan mulai mengatasi masalah-masalah tersebut dimulai pada pertengahan 2018.

Tidak ayal upaya itu menyebabkan pertumbuhan biaya melonjak lebih dari 100% selama beberapa kuartal karena Facebook mempekerjakan banyak staf untuk menangani data privasi dan berinvestasi besar dalam moderasi konten. Namun, Facebook mulai mengerem i
nvestasi ini tahun lalu.

Para analis terkemuka percaya bahwa Facebook telah hampir selesai membangun sistem baru dan mulai menemukan efisiensi yang dapat mengurangi biaya lebih lanjut.

Namun, perusahaan melaporkan total biaya dan pengeluaran meningkat 34 persen menjadi US$12,22 miliar pada kuartal keempat tahun lalu. Angka ini lebih besar dua kali lipat dari perkiraaan analis sebesar 14 persen.

Selain itu, perusahaan juga menurunkan margin operasi menjadi 42 persen dari 46 persen pada tahun sebelumnya.

Dalam paparan di depan investor, CFO Facebook juga mengumumkan telah mencapai penyelesaian US$550 juta pada prinsip gugatan Illinois yang mengklaim bahwa Facebook telah secara ilegal mengumpulkan dan menyimpan data biometrik milik jutaan penggunanya tanpa persetujuan.

Facebook mencatat pertumbuhan pendapatan pada kuartal IV/2019 sebesar 25 persen mengalahkan ekspektasi analis akan penurunan menjadi 23 persen.

Sayangnya, pertumbuhan 25 persen ini masih lebih rendah dibandingkan empat kuartal sebelumnya. Performa ini memunculkan spekulasi bahwa Facebook sedang berjuang untuk mengembalikan momentum sebelum 2018 ketika penjualan perusahaan secara teratur tumbuh di atas 40 persen.

Meski demikian, peningkatan saham Facebook sepanjang 2019 mencapai lebih dari 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya, meningkatkan tekanan untuk kinerja yang kuat.

"Saham FB telah membuat kenaikan besar dalam mengantisipasi laporan, sehingga ruang untuk kesalahan rendah," kata Manajer Portofolio di Synovus Trust Co. Daniel Morgan.

Pengguna bulanan Facebook naik 8 persen menjadi 2,5 miliar, sementara 2,9 miliar orang menggunakan salah satu aplikasinya, antara lain Facebook, WhatsApp, Instagram atau Messenger setiap bulan.

Jangkauan unik itu membuat pengiklan tergantung pada aplikasi Facebook dan jaringan iklan online.

Facebook juga telah mencoba untuk membangun penawaran e-commerce dalam setahun terakhir seperti Instagram Checkout, yang membuat berbelanja lebih nyaman dengan memungkinkan pengguna untuk menyelesaikan transaksi dari dalam aplikasi Facebook.

Chief Operating Officer (COO) Sheryl Sandberg mengatakan bahwa perusahaan bergerak sangat lambat dan sangat hati-hati dengan produk-produk tersebut.

Sebelumnya, pendiri Mark Zuckerberg telah mendapat kecaman atas keputusan Facebook untuk mengizinkan iklan politik yang memasukkan informasi dan kebohongan palsu. Oleh sebab itu, perusahaan mengomunikasikan nilai-nilai Facebook secara lebih jelas.

"Tujuan saya untuk dekade berikutnya ini bukan untuk disukai, tetapi untuk dipahami," kata CEO Facebook.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper