Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Virus Corona Picu Kekhawatiran Diskriminasi Warga Asia di Kanada

Lebih dari 9.000 orang menandatangani petisi yang mendesak salah satu dewan sekolah di daerah itu untuk tidak mengzinkan anak-anak yang anggota keluarganya baru saja kembali dari China masuk ke ruang kelas.
Zhang Changchun menunjukkan gambar CT scan paru-paru ibunya, pasien yang berusia 53 tahun, Yang Zhongyi, yang merupakan kasus yang sangat dicurigai sebagai virus corona baru, namun belum bisa mendapatkan tes untuk mengonfirmasi karena kurangnya peralatan pengujian atau kurangnya pengujian di rumah sakit setempat di Wuhan, Provinsi Hubei, China 25 Januari 2020./Reuters
Zhang Changchun menunjukkan gambar CT scan paru-paru ibunya, pasien yang berusia 53 tahun, Yang Zhongyi, yang merupakan kasus yang sangat dicurigai sebagai virus corona baru, namun belum bisa mendapatkan tes untuk mengonfirmasi karena kurangnya peralatan pengujian atau kurangnya pengujian di rumah sakit setempat di Wuhan, Provinsi Hubei, China 25 Januari 2020./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Kanada telah mengidentifikasi tiga kasus inifeksi virus corona sejauh ini, tetapi ada kekhawatiran bahwa wabah yang lebih serius dapat memicu sentimen anti-Asia karena mengingatkan pada epidemi SARS yang menewaskan puluhan jiwa di Toronto Kanda di awal 2000-an.

Lebih dari 9.000 orang menandatangani petisi yang mendesak salah satu dewan sekolah di daerah itu untuk tidak mengzinkan anak-anak yang anggota keluarganya baru saja kembali dari China masuk ke ruang kelas, dan beberapa bisnis di wilayah Pecinan Toronto telah mencatat pelambatan.

SARS, atau Sindrom Pernapasan Akut Parah, menewaskan 44 orang di wilayah Toronto tahun 2003 silam, menyebabkan ketakutan yang meluas dan menjadikan Kanada satu-satunya negara di luar Asia yang melaporkan kematian akibat virus. Namun, meskipun korban meninggal akibat virus ini melonjak jadi 106 orang ci China, sejauh ini belum ada laporan korban jiwa di luar China.

"Ini (petisi sekolah) persis seperti apa yang terjadi selama SARS," ungkap Amy Go, pelaksana presiden nasional Chinese Canadian National Council for Social Justice, seperti dikutip Reuters.

"Kami benar-benar harus memeriksa bahwa kami tidak diliputi oleh ketakutan dan kepanikan yang tidak rasional," katanya.

Dewan Sekolah Wilayah York menanggapi petisi dengan mengatakan mereka memahami "bahwa para siswa dan keluarga mereka merasakan kecemasan," tetapi memperingatkan bahwa siapa pun dapat tertular dan menularkan virus.

“Situasi ini sayangnya dapat menimbulkan diskriminasi berdasarkan persepsi, stereotip, dan kebencian," kata dewan tersebut.

Menteri Kesehatan Patty Hajdu pada hari Selasa (28/1/2020) mengatakan ada risiko bahwa warga China mendapat diskriminasi karena asal usul virus tersebut, dan bahwa hal itu dapat menekan aktivitas bisnis jika orang menghindari warga China karena takut.

Tetapi komunitas Asia juga termasuk yang paling khawatir tentang virus ini, kata Polly Chow, seorang warga Kanada-China dari Toronto.

Dia mengatakan dia setuju dengan petisi dewan, dan dengan "perintah darurat" sekolah swasta putranya bahwa anak-anak akan dikarantina sendiri selama 15 hari jika keluarga mereka telah bepergian ke tempat di mana ada kasus yang dikonfirmasi.

Chow menggambarkan suasana ketakutan dan perlindungan di antara orang tua dan mengatakan banyak siswa di kelas putranya tidak bersekolah pada hari Senin.

"Semua anak yang tidak hadir adalah anak-anak Asia," katanya kepada Reuters. "Ketika Anda orang Asia, Anda akan terpapar oleh berita melalui media Asia. Anda melihat lebih jelas apa yang terjadi di China, sehingga meningkatkan ketakutan."

Warga Asia Selatan dan China adalah dua minoritas yang terbesar di Kanada. Sebanyak sekitar 1,8 juta orang, atau di bawah 5 persen dari total populasi negara itu, adalah keturunan China.

Pada hari Selasa, pihak berwenang di British Columbia melaporkan kasus ketiga novel coronavirus di Vancouver. Dua yang pertama terkena virus di Kanada merupakan sepasang suami istri yang tinggal di Toronto. Ketiganya baru saja kembali dari Wuhan, pusat wabah terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper