Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gara-gara AS, Ekspor Jepang Terkontraksi 13 Bulan Berturut-turut

Penurunan ekspor mobil, konstruksi dan mesin ke Amerika Serikat menyebabkan kontraksi ekspor Jepang pada Desember 2019, mengindikasikan bahwa pelemahan pesanan eksternal akan membebani Jepang untuk waktu yang lebih lama.
Ilustrasi ekonomi Jepang/Reuters
Ilustrasi ekonomi Jepang/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Penurunan ekspor mobil, bahan konstruksi dan mesin ke pasar Amerika Serikat memicu kontraksi ekspor yang berkelanjutan dalam ekonomi Jepang pada Desember 2019.

Hal ini mengindikasikan bahwa pelemahan ekspor akan membebani Jepang untuk waktu yang lebih lama.

Kementerian Keuangan Jepang merilis data yang menunjukkan penurunan ekspor sebesar 6,3% secara tahunan yang lebih tinggi dari proyeksi jajak pendapat Reuters dengan kisaran penurunan 4,2%.

Pada November, ekspor terkontraksi sebesar 7,9% secara tahunan. Analis dan pembuat kebijakan mengatakan kesepakatan perdagangan awal yang disepakati antara Amerika Serikat dan China pekan lalu dan kemajuan keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan membantu meredakan kekhawatiran atas perdagangan global, pendorong utama ekonomi Jepang.

Namun, data terbaru hanya menunjukkan sedikit perlambatan dalam laju kontraksi dan menunjukkan pemulihan yang pasti lebih pasti, mungkin dalam beberapa bulan ke depan.

"Ekspor kemungkinan akan bottom out di sekitar musim semi ini," kata Takeshi Minami, kepala ekonom di Norinchukin Research Institute, merujuk pada kenaikan permintaan semikonduktor global, dikutip melalui Reuters, Kamis (22/1).

Peningkatan pengiriman menjelang liburan Tahun Baru Imlek mungkin akan membantu meringankan pelambatan ekspor bulan lalu, dia menambahkan, meskipun mungkin masih ada kemungkinan kontraksi lebih lanjut pada Januari.

"Pengiriman saja tidak bisa berfungsi sebagai mesin utama pertumbuhan tahun ini karena perlambatan ekonomi di Amerika Serikat dan China," kata Minami.

Pembuat kebijakan Bank Sentral Jepang (BOJ) berpendapat bahwa permintaan domestik yang kuat harus membantu mengimbangi pengiriman lemah dan aktivitas manufaktur di negara yang sangat bergantung pada perdagangan ini.

Berdasarkan wilayah, ekspor ke China, mitra dagang terbesar Jepang, tumbuh 0,8% pada tahun lalu hingga Desember, dipimpin oleh permintaan untuk peralatan pembuatan chip, mobil dan plastik. Itu adalah peningkatan tahunan pertama dalam 10 bulan terakhir.

Pengiriman ke Amerika Serikat, mitra dagang nomor 2 negara itu, turun 14,9% secara tahunan di bulan Desember, dengan data kementerian menunjukkan penurunan pada pengiriman mobil, suku cadang mobil, dan mesin motor pesawat.

"Ekspor ke Asia, yang menyumbang lebih dari setengah pengiriman keseluruhan Jepang, turun 3,6% pada tahun lalu yang berakhir pada Desember," katanya.

Pada kesempatan lain, Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda mengatakan bahwa kemajuan dalam pembicaraan perdagangan AS-China dan Brexit membantu meredakan sentimen risiko, tetapi ketidakpastian pada hubungan perdagangan antara Washington dan Beijing tetap ada.

"Meskipun risiko seputar pertumbuhan global agak mereda, perubahannya belum signifikan," katanya pada konferensi pers, menandakan tekad BOJ untuk mempertahankan kebijakan pelonggarannya yang kuat.

Dalam perkembangan terbaru, International Monetary Fund awal pekan ini memangkas prospek pertumbuhan 2020 dengan perlambatan yang diperkirakan lebih tajam dari perkiraan di pasar berkembang.

Meski demikian, IMF mengatakan kesepakatan AS-China memberikan dorongan baru bahwa aktivitas manufaktur mungkin akan segera kembali normal.

Banyak ekonom memperkirakan, Jepang sebagai ekonomi terbesar ketiga di dunia, akan menyusut pada kuartal IV/2019 ketika perang perdagangan AS dan China menghantam ekspor dan kenaikan pajak penjualan per 1 Oktober membebani konsumsi swasta. 
 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper