Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Meningkat, AS Hidupkan Kembali Obligasi Bertenor 20 Tahun

AS akan menghidupkan kembali obligasi bertenor 20 tahun sebagai langkah menekan pelebaran defisit.
Petugas kasir menghitung mata uang dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang, di Jakarta, Selasa (2/10/2018)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso
Petugas kasir menghitung mata uang dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang, di Jakarta, Selasa (2/10/2018)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso

Bisnis.com, JAKARTA — Departemen Keuangan AS akan menerbitkan obligasi bertenor 20 tahun pada paruh pertama 2020, sebuah langkah ekspansi instrumen sekuritas di tengah upaya pemerintah menekan defisit yang makin besar.

Penerbitan obligasi bertenor 20 tahun ini akan menghidupkan kembali instrumen yang sama, yang ditinggalkan oleh Depkeu AS pada 1986 demi memperdalam pasar dengan tenor yang lebih panjang, yaitu 30 tahun.

Sejumlah investor institusi telah meminta instrumen yang bebas risiko dengan tenor yang lebih panjang yang memberikan imbal hasil nominal, di tengah total utang global yang sudah mencapai US$11 triliun dan berperingkat negatif.

Pemerintah Jepang sebelumnya sudah pernah membahas penerbitan instrumen utang dengan tenor 50 tahun. Saat itu, rencana tersebut mendapat cibiran dari AS.

Kepala ekonom di Wrightson ICAP LLC, New York Lou Crandall berpendapat obligasi bertenor 20 tahun lebih mudah untuk masuk ke dalam struktur pasar yang ada.

"Ini adalah cara untuk mengambil keuntungan dari suku bunga jangka panjang yang rendah tanpa harus mengeluarkan obligasi bertenor sangat panjang, yang lebih berat untuk dilakukan," ujarnya seperti dilansir Bloomberg, Jumat (17/1/2020).

Obligasi bertenor 30 tahun yang diterbitkan sebelumnya masih memiliki sisa sekitar 20 tahun sebelum jatuh tempo dengan imbal hasil sekitar 12,5 persen. Ini menunjukkan bahwa surat utang terbaru akan menawarkan premi yang cukup besar dibandingkan dengan surat utang lain yang sebanding.

Di Jepang, obligasi bertenor 20 tahun memberikan imbal hasil sekitar 0,31 persen sedangkan di Jerman hanya 0,07 persen.

"Kebaruan obligasi kemungkinan akan membuatnya diperdagangkan sedikit murah," tutur Kepala Strategi Suku Bunga Global di TD Securities, New York Priya Misra.

Dia melanjutkan kurva imbal hasil kemungkinan akan meningkat karena pasokan dana 20 tahun bakal datang lebih cepat dari yang diperkirakan beberapa orang. Misra menambahkan akan memantau instrumen surat utang mana yang akan dikurangi oleh Departemen Keuangan (Depkeu) untuk memberi ruang bagi obligasi 20 tahun yang baru.

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah, mengingat upaya The Fed untuk meningkatkan pembelian surat utang, terbuka kemungkinan adanya kelangkaan di beberapa kategori tenor.

Surat utang dengan tenor lebih panjang menunjukkan penurunan di pasar Asia pada Jumat (17/1), meningkatkan kurva imbal hasil. Imbal hasil obligasi bertenor 30 tahun naik 3 basis poin (bps) menjadi 2,29 persen sedangkan yang bertenor 10 tahun meningkat 2 bps ke level 1,82 persen.

Spread antara surat utang bertenor 30 tahun dan swap tingkat suku bunga yang jatuh tempo, dikenal sebagai swap spread, mengecil menjadi 1 bps.

Dalam pernyataan resminya, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin memaparkan pihaknya akan terus mengevaluasi produk-produk baru yang potensial untuk membiayai utang dengan beban biaya terendah sepanjang waktu. Obligasi 20 tahun yang baru juga akan meningkatkan kapasitas pinjaman untuk Depkeu , meskipun tidak mungkin menciptakan sumber permintaan baru.

Hingga 2019, investor internasional telah membeli rata-rata kurang dari 9 persen dari lelang obligasi 30 tahun.

"Ada kesenjangan besar antara obligasi 10 tahun dan 30 tahun sehingga pasti akan ada permintaan lebih. Ini menjadi opsi menarik bagi orang-orang yang tidak ingin berinvestasi terlalu lama hingga 30 tahun," ucap Direktur Pelaksana di Mischler Financial Tony Farren.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper