Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rudal Hantam Pesawat Ukraina, Lima Negara Bahas "Hukuman" untuk Iran

Lima negara yang warganya tewas saat menumpangi pesawat Ukraina yang ditembak jatuh oleh militer Iran, Rabu (8/1), akan bertemu di London pada Kamis (16/1/2020) untuk membahas tindakan hukum.
Bunga-bunga dan foto para korban didirikan pada upacara peringatan di Universitas Alberta untuk para korban pesawat penumpang Ukraina yang jatuh di Iran, di Edmonton, Alberta, Kanada 12 Januari 2020./Reuters
Bunga-bunga dan foto para korban didirikan pada upacara peringatan di Universitas Alberta untuk para korban pesawat penumpang Ukraina yang jatuh di Iran, di Edmonton, Alberta, Kanada 12 Januari 2020./Reuters

Bisnis.com, SINGAPURA - Buntut dari tertembaknya pesawat sipil Ukraina harus ditanggung Iran seorang diri.

Sementara itu, lima negara yang warganya tewas saat menumpangi pesawat Ukraina yang ditembak jatuh oleh militer Iran, Rabu (8/1), akan bertemu di London pada Kamis (16/1/2020) untuk membahas tindakan hukum.

Berbicara di sela-sela kunjungan resmi ke Singapura pada Senin, Menteri Luar Negeri Ukraina Vadim Prystaiko, menyebutkan bahwa negara-negara yang sedang berduka tersebut akan membahas kompensasi dan penyelidikan atas insiden tersebut.

Sebuah pesawat Boeing-737 milik maskapai penerbangan Ukraina yang membawa 176 orang penumpang jatuh di dekat Bandara International Teheran, Iran, Selasa (7/1) malam waktu setempat.

Sebanyak 176 orang penumpang tewas dalam kecelakaan pada Rabu, beberapa menit setelah pesawat lepas landas dari bandara Teheran.

Pemerintah Iran pada Sabtu mengaku tidak sengaja menembak jatuh pesawat Ukraina karena kesalahan pasukan keamanannya yang mengakibatkan 176 penumpang tewas.

Pengakuan itu disampaikan oleh Presiden Iran Hassan Rouhani dan Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif melalui akun resmi media sosial Twitter. Sebelumnya, Pemerintah Iran sempat menyanggah pihaknya menembak jatuh pesawat itu pascaserangan rudal ke basis militer Amerika Serikat di Irak.

Pesawat Boeing 737-800 milik maskapai Ukraine International Airlines jatuh pada Rabu (8/1) setelah lepas landas dari Bandara Imam Khomeini, Teheran. Jatuhnya pesawat membuat tekanan dunia internasional ke Iran meningkat setelah aksi saling balas negara itu dengan AS. Sebelumnya pada 3 Januari, serangan udara militer AS menewaskan pemimpin Korps Garda Revolusi Islam (IGRC) Iran, Qassem Soleimani, di Baghdad.

Pemerintah AS dan Pemerintah Kanada menyalahkan Iran atas insiden tersebut. Pihak Ottawa mengirim pesan ke Iran bahwa "dunia sedang mengawasi".  Sebanyak 57 warga Kanada, sebagian besar dari mereka adalah keturunan Iran, merupakan penumpang pesawat maut itu. 

Perdana Menteri (PM) Kanada menuntut keadilan dan tanggung jawab kepada Iran terkait penembakan pesawat Ukraina yang menewaskan semua  penumpang.

"Anda mungkin merasa kesepian yang tak tertahankan, tetapi Anda tidak sendirian. Seluruh negara mendukung Anda, malam ini, besok, dan di tahun-tahun mendatang," kata Trudeau di hadapan ribuan orang yang berkumpul di Toronto, Minggu.

Sekitar 2.300 orang pada Minggu (12/1) berkumpul di Toronto guna mengenang para korban meninggal dari pesawat Ukraina yang ditembak jatuh di Iran.

Foto-foto warga Kanada yang menjadi korban ditaruh di dalam bingkai hitam dan diletakkan di atas panggung.

Foto-foto tersebut ditaruh di samping rangkaian kelopak mawar, lilin, dan piring-piring kurma.

"Tragedi ini seharusnya tidak pernah terjadi, dan saya ingin meyakinkan bahwa Anda memiliki dukungan penuh saya selama masa-masa yang sangat sulit ini," ujar Trudeau.

"Kami tidak akan beristirahat sampai ada jawaban," ujar dia.

Sementara itu, musuh politik Trudeau, Perdana Menteri Alberta Jason Kenney, menjamin bahwa Trudeau akan mengupayakan segala cara untuk mengetahui apa yang terjadi soal penembakan pesawat Ukraina itu.

Berdasar pemberitaan Tempo (9/1/2020), Menteri Luar Negeri Ukraina mengatakan korban tewas berasal dari tujuh negara dengan rincian: 82 warga Iran, 63 warga Kanada, 11 warga Ukraina, 10 warga Swedia, empat warga Afganistan, tiga warga Jerman dan tiga warga negara Inggris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara/Tempo.co

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper