Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bangladesh Hukum Mati Tujuh Terdakwa Teroris

Tujuh orang terdakwa teroris yang melakukan serangan di sebuah kafe di Bangladesh pada 2016 dihukum mati di Ibu Kota Dhaka.
Ilustrasi teroris/Istimewa
Ilustrasi teroris/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Tujuh orang terdakwa teroris yang melakukan serangan di sebuah kafe di Bangladesh pada 2016 dihukum mati di Ibu Kota Dhaka.

Serangan di kafe Holey Artisan itu menewaskan 22 orang yang sebagian besar merupakan orang asing. Pelakunya berjumlah lima orang dan sebelumnya menyandera para pengunjung.

Sebanyak delapan orang didakwa dengan tuduhan merencanakan dan memasok perlengkapan bagi para pelaku serangan. Sedangkan seorang dari mereka dibebaskan dari tuduhan. 

Penyanderaan yang berlangsung 12 jam itu merupakan serangan teroris paling mengerikan di Bangladesh. Kebanyakan korban adalah warga Italia dan Jepang.

Pelaku serangan adalah kelompok yang menamakan diri negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), tetapi Bangladesh membantahnya seraya menuduh kelompok lokal yang bertaggung jawab.

Sejak serangan itu, pihak berwenang Bangladesh melakukan serangan secara brutal kepada kelomopk militan yang dipandang sebagai gangguan terhadap stabilitas.

Jaksa Golam Sarwar Khan mengatakan kejahatan mereka "terbukti tanpa keraguan".

"Pengadilan menghukum mereka dengan hukuman tertinggi," katanya kepada wartawan setempat seperti dikutip BBC.com, Kamis (28/11/2019).

Pengacara menyatakan ketujuh terhukum bisa banding. Hukuman mati di Bangladesh dijalankan dengan digantung. Para terpidana mati merupakan anggota Jamaat-ul-Mujahideen Bangladesh (JMB), sebuah kelompok terlarang di Bangladesh.

Menurut hakim, kelompok ini mengganggu keselamatan publik dan ingin menciptakan kekacauan.

Bersenjata senapan serbu dan parang, para penyerbu menembak dan menyandera para pengunjung kafe. Para korban, yang kebanyakan orang asing, tewas ditembak atau dibacok oleh para pelaku serangan.

Sebelum itu, terjadi rangkaian serangan terhadap para penulis dan blogger sekular serta anggota kelompok agama minoritas di Bangladesh.

Pihak keamanan sempat mendapat kritik keras karena dianggap gagal menghalangi terjadi kekerasan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper