Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Hong Kong Turun untuk 12 Bulan Berturut-turut

Rilis pemerintah menunjukkan ekspor terkontraksi menjadi 348,5 miliar dolar Hong Kong atau senilai US$44,5 miliar, turun 9,2% dari tahun lalu.
Warga Hong Kong pro China mengibarkan bendera China dan berbagai poster dalam aksi unjuk rasa mendukung Beijing serta polisi Hong Kong di gedung Dewan Legislatif di Hong Kong, China, Sabtu (16/11/2019)./Reuters-Athit Perawongmetha
Warga Hong Kong pro China mengibarkan bendera China dan berbagai poster dalam aksi unjuk rasa mendukung Beijing serta polisi Hong Kong di gedung Dewan Legislatif di Hong Kong, China, Sabtu (16/11/2019)./Reuters-Athit Perawongmetha

Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor Hong Kong turun untuk 12 bulan berturut-turut pada Oktober setelah pusat keuangan tersebut terperosok dalam resesi di bawah tekanan perang dagang AS dan China dan protes pro-demokrasi.

Rilis pemerintah menunjukkan ekspor terkontraksi menjadi 348,5 miliar dolar Hong Kong atau senilai US$44,5 miliar, turun 9,2% dari tahun lalu.

Perkiraan median mmenyebutkan penurunan 8,4%, menurut ekonom yang disurvei oleh Bloomberg.

Sementara itu, impor turun 11,5% dari tahun lalu, mempersempit defisit perdagangan menjadi 30,6 miliar dolar Hong Kong.

"Kinerja ekspor Hong Kong kemungkinan akan tetap lemah untuk sementara, karena pertumbuhan ekonomi global yang redup dan ketidakpastian yang berasal dari kebijakan perdagangan AS terus mengurangi permintaan eksternal," kata juru bicara pemerintah, dikutip melalui Bloomberg, Selasa (26/11/2019).

Ekonomi Hong Kong dengan cepat kehilangan momentum sejak awal tahun ini dan jatuh ke dalam resesi pertama dalam 1  dekade terakhir pada kuartal ketiga.

Statusnya sebagai pusat perdagangan regional telah membuat kota ini terekspos pada konflik perdagangan, sedangkan aksi protes yang berlangsung selama lebih dari 5  bulan telah merugikan industri ritel, restoran, hotel dan industri jasa lainnya.

Namun, ada optimisme yang berkembang bahwa perundingan China dan AS mengalami kemajuan dalam perundingan perdagangan.

"Kedua negara telah mencapai konsensus tentang penyelesaian masalah yang relevan dan setuju untuk tetap melanjutkan diskusi dengan poin-poin yang tersisa untuk kesepakatan perdagangan fase satu," Kementerian Perdagangan China mengatakan dalam sebuah pernyataan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper