Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Tuding AS sebagai Sumber Instabilitas Dunia

Amerika Serikat adalah sumber ketidakstabilan terbesar di dunia dan politisi AS di seluruh dunia telah mempermalukan China, menurut diplomat China terkemuka dalam satu serangan pada pertemuan G20 di Jepang kemarin.
Perang dagang AS-China/istimewa
Perang dagang AS-China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat adalah sumber ketidakstabilan terbesar di dunia dan politisi AS di seluruh dunia telah mempermalukan China, menurut diplomat China terkemuka dalam satu serangan pada pertemuan G20 di Jepang kemarin.

Hubungan antara dua ekonomi terbesar di dunia itu memburuk di tengah perang dagang yang ketat dan masih mencari jalan penyelesaian. Sedangkan isu yang membelit persaingan itu termasuk soal hak asasi manusia, aksi protes di Hong Kong, dan dukungan AS untuk Taiwan.

Bertemu dengan Menteri Luar Negeri Belanda Stef Blok di sela-sela pertemuan para menteri luar negeri G20 di Nagoya, Anggota Dewan Negara Tiongkok Wang Yi tidak mampu menyembunykan kritiknya terhadap Amerika Serikat.

"Amerika Serikat secara luas terlibat dalam unilateralisme dan proteksionisme, dan merusak multilateralisme dan sistem perdagangan multilateral. Ini telah menjadi faktor destabilisasi terbesar di dunia," kata Menteri Luar Negeri China itu seperti dikutip Reuters, Minggu (24/11).

Amerika Serikat, demi tujuan politik, telah menggunakan posisi negaranya untuk menekan bisnis-bisnis China yang sah dan. Pemerintah AS juga tanpa dasar mengajukan tuntutan terhadap pelaku bisnis itu yang merupakan tindakan intimidasi, katanya.

"Beberapa politisi AS telah memfitnah China di mana-mana di dunia, tetapi belum menunjukkan bukti," kata Wang. Amerika Serikat juga menggunakan hukum domestiknya untuk "secara kasar mencampuri" urusan dalam negeri China, berusaha merusak "satu negara, dua sistem" dan stabilitas dan kemakmuran Hong Kong, tambahnya.

China marah minggu ini setelah Dewan Perwakilan Rakyat AS mengesahkan dua RUU untuk mendukung pengunjuk rasa di Hong Kong dan mengirim peringatan ke China tentang hak asasi manusia. Presiden Donald Trump diperkirakan akan menandatangani RUU itu menjadi undang-undang, meskipun pembicaraan perdagangan dengan Beijing masih berjalan.

China menjalankan Hong Kong di bawah model "satu negara, dua sistem" dan wilayah itu menikmati kebebasan yang tidak dinikmati di daratan China seperti kebebasan bebas. Banyak orang di Hong Kong khawatir Beijing akan mengikis kebebasan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper