Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS & China Gunakan Kesepakatan Mei sebagai Benchmark

Dilansir melalui Bloomberg, beberapa sumber mengatakan bahwa China menuntut penghapusan semua tarif yang diberlakukan setelah Mei dan tarif yang diberlakukan sebelumnya dapat dihapus secara bertahap.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menghadiri pertemuan bilateral kedua negara di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019)./Reuters-Kevin Lamarque
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menghadiri pertemuan bilateral kedua negara di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019)./Reuters-Kevin Lamarque

Bisnis.com, JAKARTA - Kesepakatan dagang yang gagal mencapai persetujuan AS dan China pada 6 bulan lalu kini digunakan sebagai benchmark untuk memutuskan besaran potongan tarif dalam perjanjian perdagangan fase awal.

Dilansir melalui Bloomberg, beberapa sumber mengatakan bahwa China menuntut penghapusan semua tarif yang diberlakukan setelah Mei dan tarif yang diberlakukan sebelumnya dapat dihapus secara bertahap.

"Penyesuaian tarif yang sedang dibahas termasuk tarif awal yang dikenakan terhadap produk China senilai US$250 miliar oleh Presiden AS Donald Trump tahun lalu," menurut sumber tersebut, dikutip melalui Bloomberg, Rabu (20/11/2019).

Sebelumnya, beberapa penasihat ekonomi Gedung Putih menyarankan agar tarif tersebut diberlakukan lebih lama untuk menjamin komitmen China. Namun dengan adanya kemajuan pada proses negosiasi, para penasihat sudah menjadi lebih terbuka.

Dengan ekonomi kedua negara dan seluruh dunia yang menunjukkan tanda-tanda pelemahan yang jelas di bawah beban tarif, negosiator berada di bawah tekanan yang semakin besar untuk menandatangani sebuah kesepakatan.

Akan tetapi dengan ribuan produk yang terjerat masalah tarif selama setahun terakhir, kedua belah pihak memiliki tugas rumit untuk memilah-milah dan memutuskan barang mana yang akan mendapatkan keringanan dan tidak.

Pejabat AS memiliki pandangan yang berbeda tentang seberapa besar cakupan kesepakatan dagang fase awal ini dan berapa persentase tarif yang akan dihapus oleh Washington.

Menurut seorang sumber, angka internal yang sedang dibahas berkisar dari sekitar 35%, yang disarankan oleh Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, hingga 60% menurut Trump.

Begitu kedua negara telah sepakat, pilihannya tarif bisa diturunkan dengan persentase yang disepakati pada awal atau tarif bisa dihilangkan berdasarkan saran dari Lighthizer atau Trump.

"Kami akan menyelesaikan bagian besar dari kesepakatan fase satu, kemudian langsung menuju ke fase dua," ujar Trump melalui Twitternya pada 13 Oktober lalu.

Pemerintahan Trump memberlakukan pajak impor atas barang-barang dari China senilai US$360 miliar dan mengancam akan mengenakan pajak baru pada produk-produk lain senilai US$160 miliar pada 15 Desember.

Tak lama setelah negosiasi Mei gagal dan diikuti dengan ketegangan yang meningkat, AS memberlakukan bea 25% atas impor China senilai US$250 miliar.

Kesepakatan fase satu, jika difinalisasi, kemungkinan akan mencakup penghapusan tarif yang mulai berlaku pada bulan September dan penerapan tarif tambahan yang mulai berlaku pada bulan Desember.

Juru bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengatakan jika China dan AS mencapai kesepakatan, tingkat penghapusan tarif akan mencerminkan pentingnya kesepakatan dagang fase pertama.

"Pentingnya kesepakatan fase pertama harus dievaluasi oleh kedua belah pihak, saat ini keduanya sedang melakukan diskusi menyeluruh," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper