Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gara-gara Brexit, Elon Musk Pilih Bangun Pabrik Tesla di Jerman

Pabrik yang dinamakan Gigafactory 4 itu rencananya mulai beroperasi pada 2021.
Stasiun Tesla Supercharger di Cabazon, California, Amerika Serikat./Reuters-Sam Mircovich
Stasiun Tesla Supercharger di Cabazon, California, Amerika Serikat./Reuters-Sam Mircovich

Bisnis.com, JAKARTA - Elon Musk memilih Jerman ketimbang Inggris sebagai lokasi untuk pabrik terbaru Tesla.
 
Sang CEO Tesla menyatakan fasilitas tersebut akan menjadi lokasi untuk pusat desain dan pabrik pembuatan baterai, powertrain, dan mobil. Pabrik itu akan dinamai Gigafactory 4. 
 
"[Ketidakpastian] Brexit membuat pembangunan Gigafactory di Inggris terlalu berisiko," papar Musk seperti dilansir Reuters, Kamis (14/11/2019).
 
Dia mengungkapkan pabrik ini akan berlokasi di dekat bandara yang baru di Berlin. Sebelumnya, Musk sudah menyampaikan fasilitas terbaru di Eropa bakal mulai berproduksi pada 2021.
 
Wali Kota Berlin yang juga Senator di bidang Ekonomi, Energi, dan Wirausaha, Ramona Pop, menyampaikan beroperasinya Gigafactory akan menyerap 6.000-7.000 tenaga kerja di bidang produksi. Adapun area lainnya, seperti desain, perangkat lunak, atau riset dapat menyerap ratusan maupun ribuan tenaga kerja.
 
Seperti diketahui, belum diketahui dengan pasti kapan Inggris akan resmi bercerai dengan Uni Eropa (UE). Ketidakpastian Brexit pun berdampak terhadap rencana investasi dan operasional bisnis di Inggris Raya. 
 
Brexit mestinya terjadi pada 31 Maret 2019, sebelum kemudian mundur menjadi Oktober 2019. Namun, kini rencana itu pun sudah molor lagi. 
 
Pada Desember 2019, warga Inggris bakal kembali menggelar Pemilu untuk memilih anggota Parlemen. Harapannya, Parlemen yang baru bisa membantu Perdana Menteri (PM) Boris Johnson untuk memuluskan Brexit.
 
Menteri Bisnis Inggris Andrea Leadsom mengakui kondisi saat ini menjadi tantangan dalam merealisasikan investasi. Hal ini juga menjadi alasan diperlukannya Pemilu.
 
"Kita perlu pemerintahan yang dikuasai Partai Konservatif untuk merealisasikan Brexit dan mengakhiri ketidakpastian," ucapnya.
 
Sebelumnya, Nissan mengatakan bahwa jika Inggris keluar dari UE dengan tidak mulus, maka bisnis mereka akan terdampak. Sejumlah perusahaan finansial juga telah mengalihkan operasional bisnisnya ke negara Eropa lain, seperti Jerman dan Belanda, sebagai antisipasi Brexit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper