Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pusat Tahanan Migran di Libia Digempur Pakai Rudal

Satu pesawat tempur asing melakukan gempuran dengan menggunakan rudal mematikan di pusat penahanan migran Libia, menurut dokumen rahasia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ilustrasi - Rudal Tomahawk milik militer AS/Reuters
Ilustrasi - Rudal Tomahawk milik militer AS/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Satu pesawat tempur asing melakukan gempuran dengan menggunakan rudal mematikan di pusat penahanan migran Libia, menurut dokumen rahasia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sejauh ini tidak ada negara yang disebutkan dalam dokumen tersebut. Namun, menurut sebuah sumber yang mengetahui jalannya penyelidikan, investigasi berfokus pada Uni Emirat Arab (UEA). UEA tidak berkomentar ketika BBC meminta tanggapannya.

Serangan pada Juli lalu yang menewaskan 53 migran dan melukai 130 lainnya, disebut seorang pejabat PBB sebagai potensi kejahatan perang seperti dikutip BBC.com, Jumat (8/11/2019).

Sebagian besar korban tewas berada di pusat penahanan migran Tajoura, di sebelah timur Tripoli. Mereka diyakini berasal dari Afrika sub-Sahara yang berupaya menuju Eropa dari Libia.

Jumlah korban tewas dalam kejadian itu adalah yang tertinggi yang dilaporkan ke publik sejak Tentara Nasional Libia (LNA) memulai serangan baru pada April lalu untuk menggulingkan Pemerintahan Koalisi Nasional (GNA) sokongan PBB di Tripoli.

"Serangan ini mungkin, bergantung pada kondisi yang spesifik, tergolong kejahatan perang," kata Komisioner Tinggi PBB untuk HAM, Michelle Bachelet seusai kejadian.

Misi Khusus PBB di Libia mengatakan kepada BBC bahwa mereka telah mengirimkan koordinat lokasi pusat penahanan migran kepada kedua belah kubu agar tempat itu tidak kena sasaran konflik.

Pada Juli, GNA mengatakan serangan tersebut dilakukan pesawat tempur dari UEA. LNA, di bawah komando Jenderal Khalifa Haftar, semula mengklaim telah mengebom target yang sah namun belakangan membantah terlibat. 

Sebuah panel yang bekerja untuk Dewan Keamanan PBB selama beberapa bulan terakhir berupaya menentukan pihak mana yang bertanggung jawab dalam serangan tersebut.

Laporan PBB menyebut pesawat-pesawat Mirage menggunakan dua pangkalan udara, yakni Jufra dan al-Khadim.

Pada 2017, PBB mengatakan UEA telah mendirikan sebuah pangkalan udara di Al-Khadim dan menyediakan bantuan angkatan udara untuk pasukan Jenderal Haftar.

Laporan rahasia itu menyimpulkan bahwa "amat mungkin" serangan udara ke tempat penahanan migran dilakukan menggunakan rudal yang dipandu secara presisi "yang dioperasikan negara anggota (PBB) guna mendukung secara langsung HAF (Pasukan Bersenjata Haftar)".

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper