Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan KFC Tetap Kuat, Pizza Hut di bawah Estimasi

Penjualan di restoran-restoran KFC dilaporkan tetap solid pada kuartal III/2019 meskipun harga ayam naik. Namun, pertumbuhan penjualan restoran Pizza Hut tampak sedikit mengecewakan.
KFC/Istimewa
KFC/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan di restoran-restoran KFC dilaporkan tetap solid pada kuartal III/2019 meskipun harga ayam naik. Namun, pertumbuhan penjualan restoran Pizza Hut tampak sedikit mengecewakan.

Yum China Holdings Inc., perusahaan yang mengoperasikan kedua brand restoran dunia tersebut, melaporkan penjualan dari lokasi-lokasi yang dibuka sebelum awal setiap tahun fiskal (same-store sales), untuk KFC meningkat 3 persen pada kuartal tersebut.

Adapun penjualan dari restoran-restoran Pizza Hut berdasarkan matrik tersebut hanya naik 1 persen atau sedikit di bawah estimasi seperti dilansir dari Bloomberg (Rabu, 30/10/2019).

Harga ayam yang lebih tinggi berdampak pada Yum China karena wabah demam babi Afrika mengganggu pasokan protein di Negeri Tirai Bambu khususnya.

Dalam suatu konferensi, CEO Joey Wat mengatakan bahwa 2020 akan menjadi tahun yang menantang untuk inflasi komoditas.

Sementara itu, persaingan dalam industri makanan cepat saji semakin ketat di China, ketika merek-merek Barat dan lokal secara agresif melancarkan layanan digital dan pengiriman.

“(Namun) perusahaan tetap sangat optimistis karena peluang China untuk tumbuh,” tutur Wat.

Di sisi lain, konsep makan di tempat (dine-in) yang diusung Pizza Hut berjuang keras untuk menarik konsumen di ruang yang semakin didominasi oleh opsi-opsi pemesanan.

Jaringan restoran pizza ini telah berupaya untuk memperbaiki menunya dan memperluas pengiriman. Menurut perusahaan, margin menurun karena investasi untuk merevitalisasi restoran-restoran.

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Yum China membukukan peningkatan total pendapatan sebesar 5 persen menjadi US$2,32 miliar pada kuartal ketiga, seperti dikutip dari Market Watch.

Adapun laba perusahaan tercatat sebesar US$223 juta atau 58 sen per saham, naik 11 persen dari US$203 juta atau 51 sen per saham pada tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper