Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Korea Selatan Melambat, Investasi Terhalang Perang Dagang

Dalam pernyataan Bank Sentral Korea (BOK), produk domestik bruto meningkat 0,4% dari kuartal sebelumnya, lebih rendah dari perkiraan ekonom pada kisaran 0,5%.
Sebuah truk berjalan di antara kontainer pengiriman di terminal kontainer di Pelabuhan Incheon di Incheon, Korea Selatan./REUTERS-Kim Hong-Ji
Sebuah truk berjalan di antara kontainer pengiriman di terminal kontainer di Pelabuhan Incheon di Incheon, Korea Selatan./REUTERS-Kim Hong-Ji

Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonomi Korea Selatan tumbuh pada laju yang lebih lambat pada kuartal ketiga, menempatkannya pada jalur ekspansi terkecil sejak krisis keuangan global karena ketidakpastian perdagangan yang membebani investasi.

Dalam pernyataan Bank Sentral Korea (BOK), produk domestik bruto meningkat 0,4% dari kuartal sebelumnya, lebih rendah dari perkiraan ekonom pada kisaran 0,5%.

Secara tahunan, ekonomi Korea pada kuartal ketiga tumbuh sebesar 2%, sesuai dengan proyeksi dari survei Bloomberg.

Sementara itu, ekspor masih tetap tumbuh, membaik dari penurunan tajam yang terlihat pada awal tahun, perlambatan ekspor yang berkepanjangan dan keraguan tentang kekuatan pertumbuhan secara keseluruhan telah membebani investasi.

Kekhawatiran atas pelemahan investasi memberikan alasan lain bagi pemerintah dan bank sentral untuk terus memperkuat dukungan mereka terhadap perekonomian.

Menyusul penurunan suku bunga acuan bank sentral pekan lalu untuk mendukung harga dan pertumbuhan, Gubernur BOK Lee Juyeol mengatakan dampak perang dagang kemungkinan akan memangkas pertumbuhan ekonomi Korea Selatan sebesar 0,4% tahun ini.

Di bawah kondisi ini, ekonomi negeri ginseng tersebut membutuhkan akselerasi tajam dalam kuartal terakhir pada 2019 untuk menghindari pertumbuhan agar tidak jatuh di bawah 2%.

Menurut Cho Yonggu, ahli strategi fixed income di Shinyoung Securities, diperlukan setidaknya ekspansi sebesar 1% pada kuartal keempat atau sekitar 1,8% secara tahunan, untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan ekspor, yang tumbuh 4,1% secara riil dari kuartal kedua, menunjukkan bahwa kelemahan di sektor teknologi global mungkin telah melampaui masa terburuk.

BOK mencatat adanya pertumbuhan dalam pengiriman semikonduktor dan mobil dibandingkan dengan 3 bulan sebelumnya.

"Ada beberapa tanda pemulihan ekspor. Tetapi perang perdagangan jelas telah berdampak pada pengiriman dan penurunan ekspor telah menyebabkan penurunan fasilitas investasi," ujar Cho, seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (24/10/2019).

Gubernur BOK Lee mengakui kemungkinan pertumbuhan turun di bawah 2% di parlemen setelah data PDB dirilis.

Dengan suku bunga yang sudah mencapai rekor terendah, Lee mengatakan kebijakan fiskal pemerintah memiliki peran dalam mendorong pertumbuhan untuk mendorong pertumbuhan pada kuartal keempat.

Lee mengatakan untuk saat ini belum ada kebutuhan untuk dukungan kebijakan non-konvensional, meskipun bank sentral telah menimbang opsi tersebut.

Awal pekan ini Presiden Korea Selatan Moon Jaein mengatakan bahwa kebijakan fiskal ekspansif akan menjadi instrumen yang penting untuk beberapa tahun mendatang, mengingat situasi ekonomi yang mengkhawatirkan di tengah penyebaran proteksionisme perdagangan.

Namun, beberapa ekonom mengatakan bahwa bank sentral harus terus memainkan perannya ketika pemerintah melakukan peningkatan pengeluaran untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga, yang belum lama ini mengalami penurunan.

"Ekonomi Korea Selatan adalah alat bagi dunia untuk mengonfirmasi dampak perang dagang AS-China terhadap pertumbuhan ekonomi," kata Lee Sang-jae, kepala ekonom di Eugene Investment & Securities.

Masalahnya bagi Korea adalah karena ekonomi kecilnya sangat terbuka untuk tren global, kekuatan kebijakan fiskal lebih terbatas daripada di negara-negara lain yang kurang bergantung pada ekspor.

"Tren deflasi semakin kronis dan BOK menghadapi pilihan seperti bank sentral global lainnya untuk mengejar kebijakan moneter yang agresif," tambahnya.

Ekonom Bloomberg Justin Jimenez berpendapat bahwa stimulus bank sentral gagal mengimbangi tekanan ke bawah terhadap ekonomi pada kuartal ketiga akibat perang perdagangan AS-China.

Penurunan investasi dan hambatan dari ekspor bersih membebani pertumbuhan, sementara konsumsi melambat.

"Kami mengharapkan lebih banyak dukungan kebijakan untuk melindungi ekonomi dari risiko eksternal, dengan kebijakan fiskal yang memimpin untuk mendorong pertumbuhan di saat amunisi kebijakan BOK menipis," kata Jimenez.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper