Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Tetap Terbuka untuk Investasi Asing

Awal bulan ini, sebelum perundingan dagang dimulai, Washington memutuskan untuk memperpanjang 'daftar entitas', yang mencakup beberapa perusahaan kecerdasan buatan China, seperti Megvii Technology and SenseTime Group.
Yuan./.Bloomberg
Yuan./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah China mengumumkan langkahnya untuk menjaga kepentingan negara, tanpa harus menutup pintu investasi asing dan industri global meskipun sedang didera perselisihan dagang dengan Amerika Serikat.

Awal bulan ini, sebelum perundingan dagang dimulai, Washington memutuskan untuk memperpanjang 'daftar entitas', yang mencakup beberapa perusahaan kecerdasan buatan China, seperti Megvii Technology and SenseTime Group.

Perusahaan yang masuk ke dalam daftar entitas ini dilarang untuk membeli suku cadang dan komponen dari Amerika tanpa izin dari Washington atas dasar keamanan nasional.

"Kami akan memantau kondisi perselisihan dagang antara China dan Amerika Serikat dengan pikiran terbuka dan hati yang besar," kata Huang Libin, juru bicara Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT), dikutip melalui Reuters, Selasa (22/10/2019).

Meski demikian, China juga akan memantau dengan ketat jika sewaktu-waktu ada perubahan dari daftar entitas AS tersebut.

Huang menambahkan, Beijing selanjutnya akan membuka sektor-sektor seperti telekomunikasi, internet, dan otomotif untuk peluang investasi asing yang lebih besar. Namun pada saat yang sama AS harus menghormati peraturan dagang dan bersikap dengan hati-hati.

"Kami tidak akan dengan pasif mengikuti kebijakan dan tidak akan terlepas dari pengembangan industri internasional," kata Huang kepada wartawan dalam sebuah konferensi.

Perang perdagangan dengan Amerika Serikat telah mendorong China untuk sedikit meredupkan kampanye "Made in China 2025", kebijakan industri yang didukung negara bertujuan untuk meningkatkan eksistensi China pada rantai nilai teknologi global.

Melalui kampanye ini, China berharap untuk meningkatkan basis industrinya di 10 sektor strategis pada 2025, termasuk dirgantara, robot, semikonduktor, kecerdasan buatan dan kendaraan energi baru.

Sebelumnya, Presiden China Xi Jinping telah beberapa kali mendesak agar teknologi inti negara itu dapat berkembang dan dikendalikan sendiri (self-developed and controllable), yang dipandang oleh pelaku industri sebagai sikap yang berpihak pada pemasok lokal daripada entitas asing.

Salah satu keluhan terbesar AS terhadap praktik investasi asing di China adalah bahwa Beijing telah menggunakan paksaan dan pencurian secara sistematis untuk mendapatkan akses terhadap kekayaan intelektual dan rahasia dagang Amerika dengan tujuan memajukan kedudukannya di industri teknologi tinggi.

Subsidi China untuk perusahaan negara, termasuk di tingkat pemerintah provinsi dan lokal, telah menyebabkan industri China secara substansial meningkatkan output produk seperti baja, yang justru menekan harga global dan merugikan produsen di Amerika Serikat dan di negara lain.

"Tidak adanya level-playing field membuat perusahaan AS sulit untuk bersaing," ujar pemerintah AS.

Selama beberapa bulan terakhir, perusahaan teknologi China, terutama yang ditargetkan oleh sanksi Amerika Serikat, telah bersumpah untuk mengatasi ancaman AS dengan mengandalkan solusi yang dikembangkan sendiri dan membeli lebih banyak bahan baku dari pemasok lokal.

Namun, bersamaan dengan proses ratifikasi kesepakatan perdagangan fase 1 dengan Amerika Serikat, Beijing telah berhati-hati untuk menjaga retorika netral.

Dalam beberapa hari terakhir, China telah memperbarui upaya dalam menekankan perlunya kedua belah pihak untuk mencapai keuntungan bersama, daripada memisahkan keterkaitan ekonomi mereka.

Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Perdagangan China pada pekan lalu, investasi asing langsung (FDI) tumbuh 2,9% secara tahunan pada kuartal ketiga menjadi US$100,78 miliar dengan lonjakan arus masuk dari Hong Kong.

Pada September saja, FDI China tumbuh 0,5% menjadi US$11,52 miliar, atau dalam denominasi yuan melonjak 3,8% menjadi 79,18 miliar yuan.

Investasi dari Hong Kong, yang mewakili dua pertiga dari keseluruhan arus masuk investasi China, tumbuh 8,1% antara Januari dan September, menunjukkan bahwa peran kota tersebut sebagai gerbang investasi China masih kuat meskipun ada protes anti pemerintah yang sedang berlangsung.

Pada saat yang sama, arus masuk dari Makau naik 51,4%.

China telah meningkatkan upayanya dalam beberapa bulan terakhir untuk menarik investasi asing, di mana Dewan Negara menegaskan kembali komitmennya untuk membuka pasar lebih jauh dan meningkatkan lingkungan bisnis domestik bagi perusahaan asing yang disampaikan pada pertemuan mingguan pada pekan lalu.

Data Kementerian Perdagangan China menunjukkan FDI pada sektor manufaktur antara Januari dan September mencapai 188,21 miliar yuan.

Meskipun FDI tumbuh pesat, perlambatan Produk domestik bruto (PDB) China untuk periode Juli hingga September tumbuh sebesar 6% secara tahunan, salah satunya disebabkan oleh laju investasi yang melambat cukup dalam.

Pada September, output pabrik naik sebesar 5,8%, penjualan ritel meningkat 7,8%, sementara investasi naik 5,4% dalam 9 bulan pertama sehingga perlu ada tindak lanjut dari pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper