Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral China Suntikkan Likuiditas Sebesar US$28 miliar ke Pasar

Bank Sentral China (PBOC) menambahkan uang tunai (one-year cash) sebesar 200 miliar yuan atau US$28 miliar melalui fasilitas pinjaman jangka menengah pada Rabu (16/10/2019).
Uang kertas dolar AS yang menampilkan pendiri negara Amerika Benjamin Franklin dan uang kertas yuan China yang menampilkan mendiang pendiri Republik Rakyat China Mao Zedong terlihat di antara bendera AS dan China dalam gambar ilustrasi yang diambil 20 Mei 2019. /REUTERS - Jason Lee.
Uang kertas dolar AS yang menampilkan pendiri negara Amerika Benjamin Franklin dan uang kertas yuan China yang menampilkan mendiang pendiri Republik Rakyat China Mao Zedong terlihat di antara bendera AS dan China dalam gambar ilustrasi yang diambil 20 Mei 2019. /REUTERS - Jason Lee.

Bisnis, JAKARTA -- China mengejutkan pasar setelah menyuntikkan dana ke dalam sistem keuangan melalui pinjaman kepada bank menjelang pengumuman data ekonomi domestik yang diperkirakan menunjukkan perlambatan lebih lanjut.

Bank Sentral China (PBOC) menambahkan uang tunai (one-year cash) sebesar 200 miliar yuan atau US$28 miliar melalui fasilitas pinjaman jangka menengah pada Rabu (16/10/2019).

Langkah ini berhasil menjaga suku bunga tetap stabil dan mengejutkan para traders karena karena pihak berwenang biasanya menyuntikkan likuiditas ketika pinjaman yang sebelumnya ditawarkan jatuh tempo, dan gelombang berikutnya baru akan jatuh tempo pada 5 November.

Becky Liu, kepala strategi makro China di Standard Chartered Plc., mengatakan bahwa suntikan uang tunai ini sangat tidak diperkirakan oleh pasar.

"PBOC mungkin ingin menyuntikkan lebih banyak likuiditas jangka panjang untuk memastikan pasokan yang cukup selama musim pembayaran pajak pada pertengahan Oktober dan untuk mendukung ekonomi, yang masih menghadapi tekanan pertumbuhan, katanya, dikutip melalui Bloomberg, Rabu (16/10/2019).

Saat ini, ekonomi China berada di bawah tekanan sengketa perdagangan yang berkepanjangan dengan Amerika Serikat dan perlambatan ekonomi dalam negeri, sehingga mendorong bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan beban pinjaman korporasi dan memangkas rasio cadangan bank tahun ini.

Sebelumnya, data yang baru saja dirilis menunjukkan bahwa manufaktur China mengalami deflasi yang semakin dalam diikuti dengan penurunan ekspor dan impor pada bulan lalu.

“Reaksi pasar tidak begitu signifikan, mungkin, karena kursnya tidak berubah sementara bank sentral lainnya memangkas suku bunga," menurut Frances Cheung, kepala strategi makro Asia di Westpac Banking Corp.

Imbal hasil obligasi pemerintah China tenor 10 tahun turun 1 basis poin menjadi 3,16% pada pukul 10:34 di Shanghai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper