Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Ekonomi Jepang Memburuk

Kekhawatiran terus meningkat akibat perselisihan perdagangan Amerika Serikat dan China serta perlambatan permintaan eksternal yang menghambat pemulihan ekonomi Jepang.
Seorang wanita di toko Uniqlo Fast Retailing di Tokyo, Jepang (24/1/2017)./.Reuters-Kim Kyung-Hoon
Seorang wanita di toko Uniqlo Fast Retailing di Tokyo, Jepang (24/1/2017)./.Reuters-Kim Kyung-Hoon

Bisnis.com, JAKARTA -- Jepang yang sangat bergantung dengan ekspor sebagai penopang ekonominya terindikasi akan masuk ke fase resesi menyusul penurunan indeks ekonomi utama dan perubahan prospek ekonomi pemerintah.

Kekhawatiran terus meningkat akibat perselisihan perdagangan Amerika Serikat dan China serta perlambatan permintaan eksternal yang menghambat pemulihan ekonomi Jepang.

Kantor Kabinet mengumumkan indeks koinsiden ekonomi Jepang turun 0,4 poin menjadi 99,3 poin pada Agustus, sedikit lebih rendah dari estimasi ekonom yakni sebesar 99,4 poin.

Indeks koinsiden ini terdiri dari berbagai data termasuk output pabrik, angka penerimaan kerja, dan penjualan ritel.

"Sementara itu, indeks indikator utama, yang disusun menggunakan data seperti penawaran pekerjaan dan sentimen konsumen tercatat turun 2 poin dari Juli menjadi 91,7 poin," menurut pernyataan Kantor Kabinet seperti dikutip melalui Reuters, Senin (7/10/2019).

Pada saat yang sama, pemerintah Jepang menurunkan prospek ekonominya menjadi memburuk. Penilaian serupa terakhir kali diberikan pemerintah terhadap data ekonomi pada April.

Penurunan prospek ini dapat memperkuat spekulasi bahwa pemerintah akan menaikkan belanja anggaran.

Pekan lalu, Perdana Menteri Shinzo Abe menyatakan siap untuk mengambil semua langkah terbaik jika risiko terhadap ekonomi meningkat menyusul kenaikan pajak penjualan dan meningkatnya ketidakpastian global.

Pada 1 Oktober, PM Abe meluncurkan kebijakan kenaikan pajak penjualan dari 8% menjadi 10%.

Langkah ini dianggap sebagai kebijakan yang mampu memperbaiki keuangan negara yang tertekan, namun pada saat yang sama kenaikan pajak juga dapat merugikan ekonomi di tengah perang dagang dan permintaan eksternal yang lesu.

Pada kuartal kedua, ekonomi Jepang dilaporkan tumbuh 0,3% dari kuartal sebelumnya.

Jepang terakhir kali menyaksikan resesi teknis, kontraksi pertumbuhan selama dua kuartal berturut-turut, pada paruh kedua 2015.

Dalam beberapa bulan terakhir, penilaian pemerintah terhadap indeks koinsiden cenderung konsisten bahwa ekonomi pada saatnya akan berhenti mengalami penurunan.

"Pemerintah Jepang akan mencermati pergerakan ekonomi secara komprehensif dengan para ahli dan secara resmi menentukan arah ekonomi negara,' seperti dikutip melalui Reuters.

Pertumbuhan kerap melambat akibat dampak perang dagang antara AS-China yang merugikan ekonomi terbesar ketiga dunia tersebut.

Dilansir melalui Bloomberg, Survei tankan, pengukur kinerja ekonomi kuartalan Jepang, yang dilakukan oleh Bank Sentral Jepang menunjukkan sentimen manufaktur turun ke level terendah sejak enam tahun terakhir pada kuartal ketiga tahun ini.

Laporan yang dirilis pada Selasa (1/10/2019), tersebut melaporkan bahwa kepercayaan diri manufaktur terbesar Jepang seperti Toyota, Sony, dan Canon turun 2 poin menjadi 5 poin.

Ekspektasi pasar untuk pelonggaran kebijakan lebih lanjut oleh BOJ terus meningkat setelah mereka mengisyaratkan kesiapannya untuk memperluas stimulus paling cepat pada pertemuan 30-31 Oktober.

Hasil survei yang positif membuktikan bahwa pelaku industri manufaktur masih cukup optimistis di tengah penurunan ekspor selama 9 bulan berturut-turut serta ketegangan dagang yang meredupkan prospek pertumbuhan global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper