Bisnis.com, MALANG — Adi Susilo merupakan Guru Besar Geofisika pertama yang dimiliki Universitas Brawijaya (UB) setelah dikukuhkan menjadi profesor di ilmu tersebut di gedung Widyaloka, UB, Rabu (2/10/2019).
Adi Susilo adalah profesor ke-18 di FMIPA dan ke-248 di Universitas Brawijaya. Adi menjadi Guru Besar dalam Bidang Ilmu Geofisika Kebencanaan dan Eksplorasi Sumber Daya Alam.
Dalam pidato pengukuan yang berjudul Pemodelan Konduit Lumpur Sidoarjo, Kebencanaan dan Eksplorasi Sumber Daya Alam, dia menyebut geofisika adalah gabungan ilmu geologi, fisika dan matematika yang dapat dimanfaatkan dalam pengurangan risiko bencana dan eksplorasi sumber daya alam.
Geofisika terhadap pengurangan bencana kebumian dapat mengetahui karakter potensi bencana, sedangkan dalam eksplorasi sumber daya, geofisika dapat membantu mengetahui persebaran jenis batuan dan sebaran di bawah permukaan tanah.
"Potensi ekonomi sumber daya alam yang di Jawa Timur bagian selatan terdiri atas minyak bumi. Di bagian utara potensi tambang kapur, ada juga geothermal, ada juga potensi migas di daerah sekitar Pandaan dan sekitarnya," ujarnya.
Lumpur Sidoarjo, ia mencontohkan, telah menyebabkan perubahan ekonomi, sosial dan psikologi bagi masyarakat. Untuk melihat gambaran dampak erupsi lusi mud volcano pada keadaan bawah permukaan, dapat digunakan salah satu metode geofisika yaitu metode geomagnetic.
Baca Juga
Metode ini seringkali digunakan untuk memetakan retakan pada suatu area dengan melakukan pemodelan suseptibilitas batuan. Suseptibilitas adalah kerentanan batuan untuk dengan mudah termagnetisasi.
Dari penelitian Geomagnetik dan Magnetotelluric, didapatkan bahwa conduit (saluran) keluarnya lumpur panas ternyata tidaklah lurus. "Ada pembelokan pada kedalaman di bawah 1.000 meter sampai 2.500 meter, terdapat pembelokan ke arah timur dari yang nampak di permukaan, sedangkan dari permukaan sampai 1000 meter, saluran masih lurus," katanya.
Rawan Gempa
Berkaitan dengan gempa bumi, dari hasil analisis menggunakan Analisis Probabilistik Seismik Hazard, maka ada tiga kota di Jawa Timur yang rentan terhadap gempa bumi, yakni Malang, Tulungagung, dan Pacitan. Periodisasi gempa diperkirakan 20-30 tahun.
Geofisika dapat diterapkan dalam pengurangan risiko bencana. Dalam tahapan mitigasi, informasi penelitian dapat digunakan untuk membuat early warning sistem untuk pemukiman yang rawan longsor atau yang melewati patahan bumi.
"Selain informasi, kita juga bisa memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Yang lebih baik adalah pindah, jika tidak memungkinkan, jika hujan terjadi lebih dari 2 jam, maka disarankan untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi", ujarnya.
Terkait bencana kekeringan, geofisika dapat digunakan untuk melacak sungai bawah permukaan dengan debit air yang tidak pernah kering. Ini merupakan keuntungan berada di wilayah karst atau pegunungan kapur sehingga menjadi keuntungan jika bisa dimanfaatkan dengan baik.
Untuk eksplorasi, tim Adi tengah meneliti tambang yang berada di Indonesia. Saat ini sedang bekerjasama dengan PT Pertamina Hulu Energi untuk eksplorasi di daerah Tuban. Dengan begitu, geofisika dapat memudahkan para pengambil kebijakan untuk mitigasi bencana dan juga menentukan cadangan sumber daya alam yang ada di bawah tanah dengan lebih detil.
Mitigasi bencana alam, kata Adi yang juga Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UB, membutuhkan sinergi pemerintah dan masyarakat termasuk para geosaintis untuk mengurangi resiko dan menghadapi bencana. Geosaintis juga dibutuhkan untuk menyusun peta potensi sumber daya alam di Indonesia untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat.(k24)