Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia menyerukan negara-negara di dunia mengambil sikap yang lebih tegas dan konkret dalam pengendalian perubahan iklim.
Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pidatonya pada Climate Action Summit di New York, Amerika Serikat, menyebutkan cuaca ekstrim yang disebabkan oleh perubahan iklim telah membuat negara yang rawan bencana menjadi lebih rentan.
"Indonesia contohnya, di tambah kebakaran lahan gambut dan hutan di berbagai wilayah di Sumatra dan Kalimantan semakin memperparah akibat dampak perubahan iklim," kata Jusuf Kalla melalui pernyataan resminya, Selasa (24/9/2019).
Menurut Kalla, sejumlah langkah sulit telah diambil pemerintah. Langkah itu termasuk mempertegas pengawasan untuk mengatasi masalah ikutan dari perubahan iklim.
“Kita tidak lagi memiliki keleluasaan maupun pilihan selain meningkatkan ambisi pengendalian perubahan iklim. Dalam menghadapi kenyataan ini, aksi [pengendalian perubahan] iklim harus konkret dan realistis,” katanya.
Indonesia telah mengambil berbagai langkah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan target ambisius sebesar 29 persen dengan upaya sendiri dan hingga 41 persen dengan dukungan internasional hingga 2030.
“Indonesia telah meluncurkan Low Carbon Development Initiative [LCDI], sebuah inisiatif yang berjalan seiring dengan keuntungan ekonomi dan sosial,” ujarnya.
Indonesia juga telah mengintensifkan aksi iklim melalui solusi berbasis alam. Aksi ini berupa restorasi 2 juta hektare lahan gambut dan merehabilitasi 12 juta hektare lahan kritis hingga 2030. Langkah lainnya adalah melakukan pelestarikan secara intensif daerah bakau dan daerah pesisir.
Terkait dengan ekonomi laut berkelanjutan, Jusuf Kalla juga meminta negara-negara di dunia untuk mempercepat tercapainya kemajuan aksi iklim berbasis kelautan secara kolektif. "Tidak melakukannya sendiri-sendiri," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel