Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pascapenurunan Suku Bunga, Suara The Fed Terbelah

Bulan ini, The Fed telah memangkas suku bunga acuan ke level 1,75-2 persen. Penurunan suku bunga ini merupakan yang kedua pada 2019.
Presiden AS Donald Trump berdiri di belakang Jerome Powell, yang dinominasikannya sebagai Gubernur The Fed, di Gedung Putih, Washington, AS, Kamis (2/11/2017)./Reuters-Carlos Barria
Presiden AS Donald Trump berdiri di belakang Jerome Powell, yang dinominasikannya sebagai Gubernur The Fed, di Gedung Putih, Washington, AS, Kamis (2/11/2017)./Reuters-Carlos Barria

Bisnis.com, JAKARTA — Setelah memangkas suku bunga acuan, pejabat The Fed semakin terlihat berkubu-kubu. Beberapa pihak mengingatkan ancaman perlambatan ekonomi, sedangkan pihak lainnya mengkhawatirkan terjadinya risiko resesi keuangan.

Namun, tak sedikit pula yang masih optimistis bahwa kondisi saat ini masih baik-baik saja.

Biasanya, pejabat bank sentral mengeluarkan satu suara. Namun, The Fed kini punya tiga suara yaitu bank sentral harus siap memangkas suku bunga lebih rendah lagi, saat ini bank sentral hanya perlu mencermati data ekonomi, dan bank sentral mungkin telah memicu terjadinya gelembung kredit.

“Ekonomi kita dalam keadaan yang baik. Saya tak pernah membayangkan masa saat konsumsi berada dalam bentuk yang baik,” kata Deputi Gubernur Fed Richard Clarida seperti dilansir Reuters, Sabtu (21/9/2019).

Namun, dia sepakat bahwa risiko tetap ada.

Adapun kondisi pasar tenaga kerja di Negeri Paman Sam saat ini, berada di posisi penggunaan tenaga kerja penuh, tingkat upah meningkat, dan konsumsi rumah tangga bergairah. Konsumsi berkontribusi lebih dari 70 persen terhadap pertumbuhan ekonomi AS.

Dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Meeting Committee/FOMC) bulan ini, pejabat The Fed memberikan suara 7:3 untuk pemangkasan suku bunga. The Fed telah menurunkan suku bunga ke kisaran 1,75—2 persen dalam pemangkasan keduanya pada tahun ini.

Langkah tersebut didukung oleh Clarida yang mengatakan bahwa tujuan penurunan suku bunga itu untuk menahan laju perlambatan ekonomi yang disebabkan perang dagang antara AS dengan China.

Di sisi lain, Gubernur Fed St. Louis James Bullard berargumen bahwa The Fed harusnya memangkas suku bunga lebih dalam lagi karena sektor manufaktur memperlihatkan pelemahan, yang menjadi pertanda terjadinya resesi.

Sementara itu, Gubernur Fed Boston Eric Rosengren berpendapat penambahan stimulus tidak diperlukan bagi ekonomi yang telah mencapai penggunaan tenaga kerja penuh.

Selanjutnya, Gubernur Fed Dallas Robert Kaplan menyampaikan bahwa pemangkasan suku bunga pada Juli dan September 2019 dapat meningkatkan outlook pertumbuhan ekonomi dan memberikan insentif kepada peminjam dan menghalangi terjadinya risiko.

Kaplan, yang tidak sepakat untuk pemangkasan suku bunga tetapi tetap mendukung keputusan tersebut, telah memberikan suara untuk tidak ada pemangkasan lagi menjelang akhir tahun dan satu penurunan suku bunga lagi pada 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper