Bisnis.com, JAKARTA - Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengatakan pasca penyelenggaraan Musyawarah Nasional, Partai Golkar tidak akan terpecah menjadi dualisme kepemimpinan setelah dirinya mendapat restu untuk maju dan berhadapan dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto untuk merebut posisi ketua umum.
Menurutnya, sudah cukup Partai Golkar dikenal sebagai wadah untuk melahirkan partai politik baru akibat perpecahan. Kontestasi Ketua Umum 2019-2024 justru harus dijadikan momentum menjadikan Partai Golkar bergeliat lebih hebat lagi. Katanya kepada wartawan, Senin (16/9/2019).
Selain Surya Paloh, Prabowo Subianto, Wiranto juga merupakan mantan kader Golkar yang keluar kemudian membentuk partai politik masing-masing Nasdem, Gerindra dan Hanura.
"Kami bertanding untuk bersanding. Jadi siapapun yang menang harus merangkul yang kalah untuk berkolaborasi. Sudah cukup bagi Partai Golkar menjadi bidan untuk kelahiran partai politik baru,” katanya.
Dia mengatakan sebagai partai politik tertua di Indonesia, kini waktunya Partai Golkar membuktikan diri kepada partai politik lainnya bahwa kontestasi tidak akan berujung pada perpecahan.
Jika melihat kondisi partai politik saat ini, memang praktis hanya di Partai Golkar yang masih terdapat kontestasi untuk menduduki kursi Ketua Umum, sementara partai politik lainnya lebih mengandalkan aklamasi. Hal itu, ujarnya, menunjukan betapa demokratisasi di tubuh Partai Golkar masih sangat terjaga dengan baik.
Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar sendiri akan digelar pada Desember 2019 untuk menentukan kepengurusan periode 2019-2024.
Menurut Bamsoet, walaupun persaingan dipastikan akan sengit berhadapan dengan Airlangga, Bendahara Umum DPP Partai Golkar 2014-2016 itu menyatakan dirinya telah bertemu empat mata dengan menteri perindustrian tersebut.
“Airlangga Hartarto dan saya sudah memastikan akan maju dalam kontestasi Ketua Umum Partai Golkar 2014-2019,” ujarnya.
Pertemuan tersebut memastikan keduanya tetap akan menjaga soliditas Partai Golkar, menghindari perpecahan, serta menghindari penggunaan cara-cara yang tak sejalan dengan jati diri Partai Golkar sebagai partai karya-kekaryaan.