Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Berpeluang Lanjutkan Pemangkasan Suku Bunga

The Fed kemungkinan besar akan kembali memangkas suku bunga acuannya dan masih akan melanjutkan paket stimulus moneter.
Presiden AS Donald Trump berdiri di belakang Jerome Powell, yang dinominasikannya sebagai Gubernur The Fed, di Gedung Putih, Washington, AS, Kamis (2/11/2017)./Reuters-Carlos Barria
Presiden AS Donald Trump berdiri di belakang Jerome Powell, yang dinominasikannya sebagai Gubernur The Fed, di Gedung Putih, Washington, AS, Kamis (2/11/2017)./Reuters-Carlos Barria

Bisnis.com, JAKARTA -- Kondisi indikator ekonomi di berbagai negara akan mendorong pelonggaran kebijakan moneter dari bankir bank sentral dalam sejumlah pertemuan dewan gubernur yang akan berlangsung pekan ini.

The Fed kemungkinan besar akan kembali memangkas suku bunga acuannya dan masih akan melanjutkan paket stimulus moneter.

Setelah memangkas suku bunga pada Juli menjadi 2%-2,25%, para ekonom memperkirakan Gubernur The Fed Jerome Powell dan koleganya akan melakukan penurunan lanjutan sebesar 25 basis poin pada pertemuan FOMC yang diagendakan pada Rabu (18/9/2019), untuk mendorong ekonomi yang melambat.

Para analis dan ekonom di pasar akan memperkirakan apakah Powell akan memberikan instrumen yang lebih kuat dari penyesuaian pertengahan siklus (mid-cycle adjustment) yang dia klaim sedang disiapkan oleh The Fed.

Untuk saat ini, ekonom memproyeksikan sampai tahun ini berakhir, The Fed masih akan melakukan pelonggaran dan mempertahankan suku bunga pada kisaran 1,5%-1,75% untuk jangka waktu yang lebih lama.

Selain menunggu kebijakan The Fed, pasar turut menantikan perselisihan internal di bank sentral setelah Kepala The Fed Regional, Eric Rosengren dan Esther George memilih akan suku bunga tetap ditahan pada pertemuan Juli 2019.

Ekonom Bloomberg, Carl Riccadonna, Yelena Shulyatyeva, Andrew Husby dan Eliza Winger, memperkirakan bahwa dewan gubernur The Fed akan sepakat untuk memangkas suku bunga pada kisaran 25 basis poin hingga kurva imbal hasil tidak lagi terinversi.

"[Menurut kami] ini berarti akan ada penurunan suku bunga pada September, Oktober dan Desember, meskipun para pejabat mungkin ragu untuk secara terbuka menyampaikannya di publik, terutama karena negosiasi perdagangan sedang berlangsung," ujar para ekonom seperti dikutip melalui Bloomberg.

Di belahan dunia lainnya, Bank Sentral Jepang (BOJ) akan mengadakan pertemuan pada Kamis (19/9/2019), untuk membahas kebijakan moneter setelah prospek para investor menjadi semakin suram dan menyarankan agar kebijakan moneter tidak berubah.

Meski demikian, kebijakan The Fed yang mengejutkan atau kekhawatiran atas pukulan ekonomi dari kenaikan pajak penjualan dapat mengubah arah tindakan BOJ.

Selain Jepang, bank sentral di Brasil, Afrika Selatan, Norwegia, Swiss dan Inggris juga akan melakukan pertemuan pekan ini.

Fokus besar lainnya bagi para investor adalah perkembangan perang dagang antara AS dengan China setelah pekan lalu pejabat pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah membahas penawaran perjanjian dagang terbatas dengan China yang akan menunda dan bahkan memutar kembali beberapa tarif AS.

Dengan pembicaraan dengan China akan dimulai kembali pada Oktober, akan ada pemantauan pada Twitter dan media lokal China untuk melihat adanya tanda-tanda hubungan antara kedua belah pihak telah membaik.

Data penjualan perumahan yang akan mulai dirilis pada Rabu (18/9/2019) pagi yang diikuti dengan klaim data pengangguran pada Kamis (19/9/2019). Pada hari yang sama pemerintah AS juga akan mengumumkan rilis data transaksi berjalan untuk kuartal kedua.

Sementara itu di China, pemerintah akan merilis sejumlah data yang akan menunjukkan bagaimana perekonomian di negeri bambu terus melambat di tengah perang dagang yang masih berlangsung.

"Produksi industri China akan tetap di bawah tekanan setelah merosot ke level terendah dalam 17 tahun menjadi 4,8% pada Juli, sementara ada beberapa tanda penjualan ritel meningkat pada Agustus," tulis perkiraan Bloomberg Economics.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper