Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Polri Selidiki Keterlibatan Teroris ISIS di Konflik Papua dan Papua Barat

Polri masih menyelidiki adanya dugaan keterlibatan kelompok teroris ISIS jaringan Papua dan Papua Barat yang memanfaatkan situasi ricuh di sana untuk kepentingan kelompoknya.
 Suasana aksi unjuk rasa di Jayapura, Papua, Kamis  29 Agustus 2019./Antara-Dian Kandipi
Suasana aksi unjuk rasa di Jayapura, Papua, Kamis 29 Agustus 2019./Antara-Dian Kandipi

Bisnis.com, JAKARTA - Polri masih menyelidiki adanya dugaan keterlibatan kelompok teroris ISIS jaringan Papua dan Papua Barat yang memanfaatkan situasi ricuh di sana untuk kepentingan kelompoknya.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengemukakan bahwa Detasemen Khusus 88 Antiteror sudah mendeteksi keberadaan kelompok teroris yang terafiliasi ISIS di wilayah Papua dan Papua Barat. Namun, menurut Dedi, terkait keterlibatan ISIS pada saat aksi yang berujung anarkis masih didalami.

"Jaringan ISIS di Papua dan Papua Barat itu kan memang sudah terdeteksi, namun terkait dengan keterlibatan kelompok itu dalam kerusuhan di Papua dan Papua Barat masih didalami dulu," tuturnya kepada Bisnis, Jumat (6/9/2019).

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mendapatkan laporan adanya kelompok berafiliasi ISIS di tengah-tengah konflik Papua dan Papua Barat.

“Kalau tidak salah tiga hari yang lalu,” katanya di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (5/9/2019).

Ryamizard menjelaskan kelompok yang belum terlalu banyak ini muncul dengan mengambil kesempatan saat konflik horizontal di Bumi Cendrawasih.

“Nah ini lagi kesempatan [kerusuhan lalu] ikut nimbrung. Bila perlu dia gabung dengan mereka menjadikan kita musuh bersama,” jelasnya.

Ryamizard sebenarnya pernah menyatakan bahwa ISIS tidak hanya ada di pulau Jawa dan Poso, Sulawesi Tengah saja. Itu sekitar tiga tahun lalu. 

“Sudah ke Ambon, ke Papua. Nah ini yang Papua ini di tengah-tengah,”ucapnya.

Kerusuhan di Papua dan Papua Barat terindikasi ada campur tangan kelompok separatisme. Mereka memanfaatkan konflik horizontal agar bisa memisahkan diri dari Indonesia.

Ryamizard mengistilahkan perkumpulan ini sebagai kelompok pemberontak bersenjata, bukan kelompok kriminal (KKB) karena tujuannya ingin referendum. Berdasarkan catatannya, ada tiga kelompok yang terlibat di dalannya.

“Yaitu kelompok pemberontak bersenjata, kelompok pemberontak politik, dan kelompok pemberontak klandestin,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper