Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Asia Tergelincir Pasca Berlakunya Tarif Impor Terbaru

Sebagian besar saham Asia tergelincir bersama dengan ekuitas berjangka AS setelah pemberlakuan tarif terbaru terhadap barang-barang China dan data menunjukkan kelemahan berlanjut di sektor manufaktur Beijing.
Perang dagang AS China/istimewa
Perang dagang AS China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Sebagian besar saham Asia tergelincir bersama dengan ekuitas berjangka AS setelah pemberlakuan tarif terbaru terhadap barang-barang China dan data menunjukkan kelemahan berlanjut di sektor manufaktur Beijing. 

Di sisi lain, yen tercatat menguat sementara yuan merosot.

Saham Jepang, Hong Kong, dan Australia menurun meskipun volumenya terdepresiasi. Adapun saham China bergerak melawan arus berkat sinyal stimulus dari pemerintahan Xi Jinping.

Adapun S&P 500 berjangka turun 1 persen sebelum mengurangi kerugian, sementara tresuri naik tipis.

Tarif impor yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump atas US$110 miliar impor China mulai berlaku pada Minggu (1/8), bersamaan dengan tarif balasan dari Beijing.

Investor masih berusaha untuk bangkit dari bulan Agustus yang volatile di mana imbal hasil tresuri dan ekuitas global sama-sama terjatuh.

Penurunan indeks manajer pembelian resmi China pada Sabtu (31/8) menyoroti tekanan yang dihadapi ekonomi terbesar kedua di dunia itu dari melemahnya permintaan dan meningkatnya ketegangan perdagangan dengan AS. 

Faktor lain yang memberikan sentimen negatif adalah protes berkepanjangan yang terjadi di Hong Kong, pasca seorang pejabat senior mengatakan dia tidak akan mengesampingkan penerapan hukum darurat dalam upaya untuk merebut kembali kendali kota.

"Jalan masih panjang. Pasar saham diperkirakan akan jatuh lebih dalam untuk menekan Trump agar dia dapat segera menyelesaikan masalah ini," kata Shane Oliver, kepala strategi investasi di AMP Capital Investors Ltd., Sydney, seperti dikutip melalui Bloomberg, Senin (2/9/2019).

Pada perkembangan terbaru, pasar saham Asia Tenggara turut melaporkan penurunan, yang dimulai oleh Singapura menyusul pemberlakuan tarif impor baru yang meredupkan sentimen investor.

"Dimulainya putaran terbaru tarif Trump di China tidak akan menjadi aksi utama hari ini. Dampak perang perdagangan yang sedang berlangsung di Asia dan pertumbuhan global akan menjadi sorotan utama," tulis OANDA dalam sebuah catatan.

Dilansir melalui Reuters, indeks benchmark Singapura, salah satu pasar yang paling terekspos dengan perang dagang berkepanjangan ini, turun 0,8 persen..

Saham industri sangat membebani indeks, di mana saham dari indeks kelas berat Jardine Matheson Holdings Ltd jatuh sebesar 3,4 persen.

Saham konsumen dan finansial menyeret indeks benchmark Indonesia 0,7 persen lebih rendah 
indeks benchmark 0,7 persen lebih rendah. 

Data inflasi tahunan Indonesia akan dirilis hari ini, di mana indeks harga konsumen diperkirakan naik 3,54 persen pada bulan Agustus dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan 3,32 persen Juli, menurut Jajak pendapat Reuters.

Di tempat lain, pemerintah Argentina memberlakukan kontrol mata uang untuk menghentikan pergeseran dolar AS keluar dari negara itu di ambang risiko default. 

Sementara itu di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson menyiapkan langkahnya menuju Brexit sambil menekankan kepada anggota parlemen dari partainya untuk mendukung rencana Brexitnya atau berisiko harus mencari partai lain.

Indeks Filipina turun 0,6 persen,dengan saham telekomunikasi berkontribusi terhadap sebagian besar kerugian.

Globe telekomunikasi Inc dan PLDT Inc turun masing-masing 2,1 persen dan 2 persen.

Adapun, saham Thailand turun tipis. Indeks harga konsumen tahunan utama Thailand pada bulan Agustus naik 0,52 persen dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan hasil jajak pendapat Reuters yang memperkirakan kenaikan 0,85 persen.

Untuk hari ini, pasar keuangan di Malaysia dan Vietnam ditutup untuk bertepatan dengan libur nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper