Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risiko Resesi Meningkat, Bisnis Jerman Makin Suram

Kepercayaan bisnis di Jerman terus menurun mencapai titik terendah dalam 7 tahun terakhir di tengah pelemahan manufaktur yang makin dalam dan meningkatkan risiko resesi.
Manufaktur Jerman./.Reuters
Manufaktur Jerman./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Kepercayaan bisnis di Jerman terus menurun mencapai titik terendah dalam 7 tahun terakhir di tengah pelemahan manufaktur yang makin dalam dan meningkatkan risiko resesi.

Ekonomi terbesar Eropa yang bergantung pada kegiatan ekspor tersebut dihadapi dengan tantangan ketika ketegangan perdagangan global terus memburuk.

Produk domestik bruto Jerman terkontraksi pada kuartal kedua, sedangkan Bundesbank memperkirakan penurunan akan berlanjut pada kuartal ketiga 2019.

Prospek ekonomi juga semakin suram setelah ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China meningkat pada akhir pekan lalu.

Menanggapi tantangan ke depan, blue chips termasuk Henkel AG dan Siemens AG telah memprediksikan laju pertumbuhan pendapatan yang lebih lemah.

Di sisi lain, pemerintah Jerman telah mengisyaratkan bahwa mereka terbuka untuk opsi stimulus fiskal jika penurunan saat ini berubah menjadi krisis yang lebih parah.

Dilansir melalui Bloomberg, indeks iklim bisnis Ifo turun menjadi 94,3 pada Agustus, menandai penurunan kelima secara berturut-turut.

Angka pada indeks tersebut juga lebih rendah dari perkiraan median dalam survei ekonom Bloomberg, sedangkan indikator untuk ekspektasi dan kondisi saat ini juga memburuk.

"Situasinya menjadi lebih genting. Pelemahan pada sektor manufaktur ternyata telah menyebar ke sektor lain," ujar Kepala Ifo Institute Clemens Fuest, seperti dikutip melalui Bloomberg, Senin (26/8/2019).

Fuest mengungkapkan, pelemahan industri awalnya terkonsentrasi di sektor otomotif kini telah mencapai perusahaan teknik kimia dan listrik.

Penyedia layanan, terutama yang dekat dengan manufaktur seperti logistik, juga merasakan kesulitan.

Momentum ekonomi telah terhenti selama setahun terakhir, dan ada beberapa tanda situasi akan membaik dalam waktu dekat.

Sebuah laporan terpisah pekan lalu menunjukkan pesanan di pabrik dan perusahaan jasa turun pada laju tercepat dalam 6 tahun terakhir.

Prospek perdagangan semakin memburuk menyusul ancaman baru dari China yang mengatakan bahwa mereka akan mengenakan tarif tambahan pada total US$75 miliar barang AS sebagai balasan atas pungutan terbaru yang direncanakan oleh Presiden Donald Trump.

Trump menaikkan bea impor sebagai balasan. Dia menyampaikan pada Senin (26/8/2019), bahwa para pejabat China telah meminta untuk memulai kembali pembicaraan perdagangan.

Sejauh ini Eropa telah mengalami kerugian meskipun tidak secara langsung. Namun benua biru sangat mungkin terseret dalam konflik jika pemerintah AS menjatuhkan ancaman bea terhadap impor mobil, industri utama Jerman.

Kinerja ekonomi yang mengecewakan akhir-akhir ini telah memperkuat permintaan untuk stimulus fiskal.

Untuk saat ini, Bundesbank tidak melihat adanya kebutuhan mendesak. Pengangguran mendekati rekor terendah, sedangkan perusahaan terus berinvestasi dan permintaan domestik tetap tangguh.

Di Bank Sentral Eropa, para pejabat khawatir bahwa investor telah kehilangan kepercayaan pada kemampuan mereka untuk menghidupkan kembali inflasi, memicu spekulasi paket stimulus akan menjadi agenda bank sentral berikutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper