Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

FOMC JULI 2019 : Ada Perpecahan di Internal The Fed

Secara tidak terduga, risalah pertemuan FOMC pada 30-31 Juli menunjukkan perpecahan yang cukup dalam antara para pejabat bank sentral terkait kesepakatan pemangkasan suku bunga.
Gubernur The Fed Jerome Powell/Bloomberg
Gubernur The Fed Jerome Powell/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA -- Secara tidak terduga, risalah pertemuan FOMC pada 30-31 Juli menunjukkan perpecahan yang cukup dalam antara para pejabat bank sentral terkait kesepakatan pemangkasan suku bunga.

Pembuat kebijakan di The Fed sangat terpecah terkait apakah bank sentral akan memangkas suku bunga bulan lalu, tetapi mereka tetap satu suara tentang keinginan untuk memberikan sinyal bahwa tidak akan ada penurunan suku bunga lebih lanjut.

Risalah yang dirilis pada Rabu (21/8/2019), di Washington tersebut menunjukkan bahwa ada jumlah oposisi yang cukup besar pada keputusan akhir pembuat kebijakan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar seperempat basis poin.

Meskipun sejumlah anggota komite mendukung potongan suku bunga hingga setengah basis poin untuk mengangkat inflasi mendekati target dan mengantisipasi ketegangan dagang global, ada lebih banyak suara penolakan yang menginginkan tidak ada perubahan sama sekali.

Temuan baru ini dapat meningkatkan taruhan terkait sinyal langkah berikut bank sentral yang akan disampaikan Gubernur Jerome Powell pada pertemuan kebijakan tahunan di Fed Kansas City, Jackson Hole, Wyoming.

Hal ini juga menunjukkan bahwa The Fed tidak berminat untuk mengikuti tuntutan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menginginkan potongan suku bunga lebih besar.

Mary Ann Hurley, Wakil Direktur Perdagangan Fixed Income di D.A. Davidson, Seattle, tidak menyangka The Fed sangat terbelah soal kesepakatan pemangkasan suku bunga.

"Kita saat ini berada di ranah abu-abu. Bank sentral terlihat sangat resah dengan langkah apakah langkah yang mereka ambil benar atau salah," ujar Hurley, seperti dikutip melalui Reuters, Kamis (22/8/2019).

Perpecahan yang terungkap melalui catatan pertemuan pada Juli itu menunjukkan jumlah oposisi mungkin akan menjadi lebih besar jika semua anggota memiliki hak suara.

Seperti diketahui, gubernur dewan The Fed adalah pemilih tetap untuk memutuskan kebijakan, tetapi hanya 5 dari 12 ketua The Fed regional yang memiliki hak suara di setiap pertemuan.

Pada saat yang sama, risalah tersebut juga menunjukkan kekhawatiran yang meluas di antara para pembuat kebijakan atas perlambatan ekonomi global, ketegangan perdagangan, dan inflasi yang lamban.

Sejak pertemuan itu, The Fed telah berada di bawah tekanan yang meningkat untuk memotong biaya pinjaman lebih banyak, termasuk tuntutan Trump pekan ini agar bank sentral melanjutkan penurunan suku bunga acuannya.

Namun, para pembuat kebijakan Fed sepakat pada pertemuan 30-31 Juli bahwa mereka tidak ingin memberi kesan bahwa bank sentral memiliki rencana penurunan suku bunga lanjutan.

Menurut Willie Delwiche, ahli strategi investasi Baird di Milwaukee, The Fed jelas ingin menjadi lebih fleksibel.

"Mereka khawatir tentang beberapa ketegangan global yang ada di luar sana, mulai dari perang perdagangan, Brexit atau beberapa perkembangan internasional lainya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper