Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Saham Global Menguat, Kekhawatiran Perang Mata Uang Mereda

Pasar saham dunia kemarin menguat dipicu oleh kenaikan indeks perdagangan yang cukup tinggi di bursa Wall Street setelah bank sentral China menstabilkan yuan sehingga meredakan kekhawatiran bahwa perang dagang AS-China akan meluas ke dalam perang mata uang.
Marka jalan di dekat New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City/REUTERS/Andrew Kelly
Marka jalan di dekat New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City/REUTERS/Andrew Kelly

Bisnis.com, JAKARTA - Pasar saham dunia kemarin menguat dipicu oleh kenaikan indeks perdagangan yang cukup tinggi di bursa Wall Street setelah bank sentral China menstabilkan yuan sehingga meredakan kekhawatiran bahwa perang dagang AS-China akan meluas ke dalam perang mata uang.

Pasar global melemah pada Senin (5/8/2019)  setelah China membiarkan yuan jatuh di bawah level tujuh atas dollar AS untuk pertama kalinya dalam kurun lebih dari satu dekade.

Hal itu membuat Amerika Serikat menyebut Beijing sebagai pelaku manipulator mata uang.

Kemarin aset bernilai aman termasuk obligasi, emas dan mata uang seperti yen dan franc Swiss, merosot karena investor untuk sesaat lebih memilih euro, sterling dan beberapa mata uang pasar berkembang. Namun sentimen investor tetap rapuh.

"Saya pikir titik kritis untuk tren negatif yang lebih lama (untuk aset berisiko) cukup dekat," kata Hans Peterson, kepala bagian alokasi aset Manajemen Investasi SEB.

Di Wall Street, Dow Jones Industrial Average naik 311,78 poin, atau 1,21 persen, menjadi 26.029,52, S&P 500 .sPX naik 37,03 poin, atau 1,30 persen ke level 2.881,77. Sedangkan Nasdaq Composite IXIC menguat 107,23 poin, atau 1,39 persen menjadi 7.833,27.

Indeks STOXX 600 pan-Eropa turun 0,47 persen dan indeks saham MSCI di seluruh dunia naik 0,50 persen.

Presiden Donald Trump dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan pada Senin bahwa China memanipulasi mata uangnya. Karena itu Washington akan melibatkan Dana Moneter Internasional untuk menekan Beijing.

"Secara resmi kami melabeli China sebagai manipulator mata uang memberi Amerika Serikat alasan yang sah untuk mengambil langkah lebih jauh lagi," kata Norihiro Fujito, ahli strategi investasi senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.

Dia menambahkan bahwa sekarang pasar kemungkinan Amerika Serikat memberlakukan tidak hanya tambahan 10 persen dari tarif impor Cina, tetapi naik menjadi 25 persen.

Sedangkan Goldman Sachs menyatakan tidak lagi mengharapkan kesepakatan perdagangan akan tercapai sebelum pemilihan presiden AS November 2020.

Morgan Stanley menyebutkan tarif akan menjadi faktor utama penyebab ekonomi dunia mengalami resesi pada pertengahan tahun depan seperti dikutip Reuters, Rabu (7/8/2019).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper