Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Aplikasikan Siklus Pelonggaran Mini Ala 1990-an

Gubernur The Fed Jerome Powell mengacu pada keberhasilan kebijakan bank sentral era 1990-an saat menyampaikan optimismenya bahwa otoritas moneter mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang berkelanjutan dengan hanya memangkas sedikit suku bunga.
Gubernur Federal Reserve Jerome Powell berbicara di Seri C. Peter McColough tentang Ekonomi Internasional: Percakapan dengan Jerome H. Powell di Dewan Hubungan Luar Negeri di New York, AS, 25 Juni 2019/Reuters
Gubernur Federal Reserve Jerome Powell berbicara di Seri C. Peter McColough tentang Ekonomi Internasional: Percakapan dengan Jerome H. Powell di Dewan Hubungan Luar Negeri di New York, AS, 25 Juni 2019/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Gubernur The Fed Jerome Powell mengacu pada keberhasilan kebijakan bank sentral era 1990-an saat menyampaikan optimismenya bahwa otoritas moneter mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang berkelanjutan dengan hanya memangkas sedikit suku bunga.

Dalam sesi wawancara dengan wartawan, seperti dilansir melalui Bloomberg, Powell membuka peluang untuk pelonggaran lebih lanjut tetapi dia mengakui bahwa dirinya tidak menilai kebijakan kali ini akan menjadi siklus pelonggaran jangka panjang.

"Menurut kami pada dasarnya ini adalah langkah yang natural di tengah penyesuaian terhadap kebijakan," ujar Powell, seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (1/8/2019).

The Fed, untuk pertama kalinya sejak 2008, sepakat untuk memangkas suku bunga acuan sebesar seperempat poin, seperti yang sudah diantisipasi sebelumnya.

Pernyataan Powell memicu perbandingan kebijakan moneter pada 1995-1996 dan 1998, saat Alan Greenspan memimpin bank sentral.

Untuk masing-masing periode, bank sentral pada akhirnya memangkas suku bunga acuan sebanyak tiga kali dalam upaya untuk memperpanjang periode pertumbuhan ekonomi, dan terbukti berhasil.

Meskipun sempat goyah, setelah investor kesulitan untuk menanggapi pesan Powell, pasar akhirnya menyatakan kekecewaan mereka karena komentar Powell dinilai meredam harapan untuk pemangkasan suku bunga lebih lanjut.

Saham Amerika Serikat di indeks S&P 500 mengalami penurunan terparah dalam 2 bulan terakhir sebesar lebih dari 1%.

Presiden Donald Trump juga tidak puas dan mengatakan bahwa Powell, seperti biasa mengecewakan mereka. Selama setahun belakangan dia kerap menekan The Fed untuk memberikan potongan besar terhadap suku bung acuan.

Meski demikian, Trump sepakat dengan langkah bank sentral yang memutuskan untuk berhenti melakukan normalisasi neraca.

Jika Powell berhasil dengan strateginya, manfaat akan dirasakan oleh investor, presiden, dan rakyat Amerika, termasuk banyak orang lainnya yang baru mulai melihat buah dari pasar ketengakerjaan yang sangat ketat.

Menurut Powell, benar-benar tidak ada alasan mengapa ekspansi tidak dapat terus berjalan.

Namun, itu skenario yang terjadi di era 1990-an.

Menurut profesor ekonomi di Johns Hopkins University dan mantan periset The Fed, Jonathan Wright, niat yang disampaikan Powell sangat mirip dengan apa yang disampaikan Greenspan pada 20 tahun yang lalu, di mana potongan suku bunga berlangsung hingga 2001.

"Hanya waktu yang akan menunjukkan apakah langkah ini akan berhasil," kata Wright.

20 tahun yang lalu, The Fed memangkas suku bunga menyusul siklus pengetatan yang berkepanjangan, seperti langkah yang mulai dilakukan pekan ini untuk mencegah perlambatan ekonomi agar tidak tersandung ke dalam resesi.

Pemotongan suku bunga pada waktu itu juga berdekatan dengan momen pemilihan presiden, meskipun pada 1995, Bill Clinton dari partai Demokrat yang akan berkontes untuk kembali berkuasa pada periode kedua, bukan anggota Republik seperti Trump.

Dalam pidatonya usai pertemuan FOMC di Washington, Powell menyebutkan tiga alasan mengapa The Fed mengambil kebijakan ini.

Perlambatan pertumbuhan global dan ketegangan perdagangan yang meningkat telah menghantam produsen AS serta ada risiko pertikaian dagang bisa menjadi lebih buruk.

Terlebih lagi, inflasi hingga saat ini masih berada di bawah target 2% The Fed.

"Realisasi inflasi di bawah target yang terus berlanjut dapat mengarah pada penurunan yang mengkhawatirkan dan sulit untuk membalikkan keadaan ekspektasi jangka panjang," kata Powell.

Dia membantah bahwa kritik berulang Trump terhadap The Fed turut mempengaruhi keputusan bank sentral untuk memangkas suku bunga.

"Kami tidak pernah mempertimbangkan pertimbangan politik," katanya dalam menanggapi pertanyaan wartawan.

Namun dia mengatakan bahwa The Fed sedang berjuang untuk menilai dan menanggapi dampak kebijakan perdagangan Trump terhadap perekonomian.

“Tidak ada banyak pengalaman dalam menanggapi ketegangan perdagangan global. Ini adalah sesuatu yang belum pernah kita hadapi sebelumnya dan yang sedang kita pelajari sambil memperhatikan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper