Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Demi Mobil Ramah Lingkungan, India Pangkas Pajak Kendaraan Listrik 

India memangkas pajak kendaraan listrik dan perangkat pengisi daya demi mendorong penggunaan mobil yang lebih ramah lingkungan.
Ilustrasi-Seorang pria memegang charger mobil listrik di tempat parkir mobil di restoran McDonald's di Sao Paulo, Brasil, 3 Maret 2018. /REUTERS
Ilustrasi-Seorang pria memegang charger mobil listrik di tempat parkir mobil di restoran McDonald's di Sao Paulo, Brasil, 3 Maret 2018. /REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA--India memangkas pajak kendaraan listrik dan perangkat pengisi daya demi mendorong penggunaan mobil yang lebih ramah lingkungan.

Kementerian Keuangan India menyatakan pajak barang dan jasa (GST) pada kendaraan dan perangkat pengisi daya listrik berkurang menjadi 5 persen dari sebelumnya 12 persen dan 18 persen.

Sebelumnya, awal bulan ini pemerintah India juga telah memberikan keringanan pajak dalam anggaran federal untuk konsumen yang membeli kendaraan berbahan bakar energi listrik.

Adapun keputusan menurunkan besaran pajak diambil pada pertemuan dewan GST yang diketuai oleh Menteri Keuangan India Nirmala Sithraman di New Delhi, Sabtu (27/7/2019).

Sitharaman mengatakan pemerintah berencana menjadikan India sebagai pusat manufaktur kendaraan listrik, dengan pabrik besar untuk baterai penyimpan lithium dan infrastruktur pengisian listrik tenaga surya.

Negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia dan rumah bagi 14 kota paling tercemar di dunia ini menargetkan kendaraan listrik dapat menyumbang 30 persen dari seluruh penjualan kendaraan penumpang di negara itu pada 2030. 

Saat ini jumlah penjualan kendaraan listrik baru tercatat kurang dari 1persen. Sebagian besar diakibatkan kurangnya infrastruktur pengisian dan tingginya biaya baterai.

Demi memuluskan target tersebut, awal bulan ini pemerintah India juga menghapus pajak impor beberapa komponen mobil. Langkah itu diterapkan  untuk membantu meningkatkan penjualan kendaraan listrik dan mengurangi ketergantungan negara pada bahan bakar fosil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper