Bisnis.com, JAKARTA -- Mungkin ketika Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Batavia sebagai pusat pemerintahan mereka saat Jakarta ditetapkan sebagai ibu kota Indonesia setelah Kemerdekaan, tak ada yang membayangkan kota itu akan menjadi seperti sekarang.
Jakarta tak hanya menjadi ibu kota tempat pusat pemerintahan berada, tapi juga semacam Tanah Harapan bagi orang-orang di daerah yang ingin mencari penghidupan lebih layak.
Namun, sama seperti julukannya di kalangan para ekspatriat, yaitu The Big Durian, makin besar perkembangan kota Jakarta maka makin tercium pula "bau"nya. Mulai dari kemacetan akibat masih terbatasnya transportasi publik yang aman dan nyaman, ketersediaan air tanah yang makin berkurang karena terus menerus diserap gedung-gedung tinggi dan pemukiman, hingga berbagai masalah sosial yang bermuara dari kesenjangan ekonomi.
Berbagai kondisi itulah yang membuat DKI Jakarta dianggap tak lagi layak menjadi ibu kota. Menurut kajian Badan Perencanaan Pembangunan (Bappenas), setidaknya ada enam alasan mengapa ibu kota harus dipindahkan dari DKI Jakarta dan bahkan Pulau Jawa.
Warga berjalan melintasi banjir di Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta, Senin (5/2/2018). Banjir yang mencapai 2 meter dan merendam ratusan rumah warga tersebut akibat luapan air dari Sungai Ciliwung./ANTARA FOTO-Galih Pradipta