Bisnis.com, JAKARTA – Korea Utara meluncurkan setidaknya dua proyektil pada Kamis pagi (25/7/2019) dari bagian timur Semenanjung Korea hanya beberapa jam setelah Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton meninggalkan Korea Selatan.
Dilansir Bloomberg, sebuah pernyataan dari Kepala Staf Gabungan Korea Selatan menyebut proyektil itu tidak dikenal dan terbang sejauh 430 kilometer. Pernyataan tersebut tidak memberikan rincian lain selain mengatakan proyektil tersebut ditembakkan dari Wonsan, tempat Korut sebelumnya menguji coba rudal.
Proyektil itu tampaknya memiliki jangkauan yang sama dengan rudal balistik jarak pendek yang diluncurkan oleh Korut pada awal Mei. Pada saat itu, Presiden AS Donald Trump meremehkan dampak rudal tersebut, meskipun langkah itu melanggar sanksi internasional, dengan mengatakan "Saya tidak menganggap itu pelanggaran kepercayaan sama sekali."
Di Washington, seorang pejabat senior pemerintahan Trump mengatakan bahwa Gedung Putih mengetahui peluncuran itu, tetapi tidak memberikan komentar lebih lanjut.
Peluncuran tersebut terjadi kurang dari sebulan setelah Trump bertemu dengan pemimpin Korut Kim Jong-un di Zona Demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea. Kedua pemimpin sepakat untuk memulai kembali pembicaraan nuklir setelah pertemuan pada 30 Juni 2018.
Selama pertemuan keduanya, Trump menjadi pemimpin AS pertama yang menginjakkan kaki di Korea Utara saat menjabat.
Baca Juga
"Kami ingin memperbaikinya," kata Trump tentang perundingan nuklir yang terhenti selama berbulan-bulan sejak pertemuan dengna Kim di Vietnam yang gagal mencapai kesepakatan. “Kami tidak mencari kecepatan. Kami ingin memperbaikinya.”
Namun, pembicaraan tingkat yang lebih rendah antara Korut dan AS belum dimulai kembali dan belum ada kemajuan dalam masalah denuklirisasi sejak pertemuan pertama Kim dan Trump di Singapura lebih dari setahun yang lalu.
Peluncuran proyektil tersebut juga dapat ditafsirkan sebagai pesan untuk Bolton, yang baru saja meninggalkan Korea Selatan setelah kunjungan ke Jepang. Bolton telah lama bersikap keras terhadap masalah Korut.