Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UU BPOM Penting Guna Pacu Pengawasan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito mengatakan Rancangan Undang-Undang (RUU) BPOM yang kini sedang dibahas legislatif merupakan hal yang penting bagi lembaganya.
Kepala BPOM Penny K. Lukito/Bisnis-Annisa S Rini
Kepala BPOM Penny K. Lukito/Bisnis-Annisa S Rini

Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito mengatakan Rancangan Undang-Undang (RUU) BPOM yang kini sedang dibahas legislatif merupakan hal yang penting bagi lembaganya.

Penny berpendapat terbitnya RUU tersebut dapat meningkatkan anggaran BPOM. Pada akhirnya, luas cakupan pengawasan, pembuatan program-program strategis, pendampingan industri kecil dan menengah (IKM) dan tenaga sumber daya manusia pun dapat bertambah.

“Tidak hanya kantor yang modern, tapi juga laboratorium pengujian dan infrastruktur teknologi informatika yang terbaik. Saya ingin BPOM ada regionalisasi laboratorium,” ujarnya pada Dialog Kinerja 3 Tahun Badan POM, Senin (22/7/2019).

Penny berharap agar beleid tersebut dapat disahkan pada awal kuartal IV/2019. Menurutnya, regulasi merupakan hal yang sangat penting bagi proses pengawasan. Penny berpendapat dengan adanya UU BPOM, akan ada terjemahan lainnya dalam bentuk peraturan menteri dan pemerintah daerah.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi) Ferry A. Soetikno menyampaikan BPOM harus menggunakan sistem elektronik dalam proses perizinan dan evaluasi obat untuk mengambil terobosan dalam era digital.

Selain itu, Ferry menilai para pelaku industri farmasi lokal ingin agar BPOM lebih transparan dan meningkatkan kepastian berusaha. Menurutnya, kedua hal tersebut harus terintegrasi dalam roses penerbitan izin produksi.

Ferry berharap BPOM dapat memimpin dalam Organisasi Kerja sama Islam (OKI) untuk memperluas potensi ekspor ke negara-negara Timur Tengah.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengatakan BPOM dan pemangku kepentingan lainnya agar dapat melakukan penetrasi ke pasar global lebih tinggi lagi. Pasalnya, potensi sumber daya dan industri di dalam negeri besar, tetapi masih tertahan karena banyak kendala seperti regulasi dan ketersediaan bahan baku.

“Kita perlu melakukan benchmark kepada negara yang lebih cepat, terutama pada negara di wilayah Asia Tenggara yang sangat cepat pertumbuhannya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Galih Kurniawan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper