Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Serangan Rusia-Suriah Tewaskan 544 Orang dalam 2 Bulan Terakhir

Setidaknya 544 warga sipil tewas dan lebih dari 2.000 orang cedera sejak serangan yang dipimpin Rusia dimulai untuk menghadapi pemberontakan di wilayah barat laut Suriah 2 bulan lalu, menurut laporan kelompok hak asasi manusia.
Anggota pasukan Suriah memadamkan api di bagian dalam Pusat Riset Sains di Damaskus yang luluh lantak, 14 April 2018./Reuters-Omar Sanadiki
Anggota pasukan Suriah memadamkan api di bagian dalam Pusat Riset Sains di Damaskus yang luluh lantak, 14 April 2018./Reuters-Omar Sanadiki

Bisnis.com, JAKARTA – Setidaknya 544 warga sipil tewas dan lebih dari 2.000 orang cedera sejak serangan yang dipimpin Rusia dimulai untuk menghadapi pemberontakan di wilayah barat laut Suriah 2 bulan lalu, menurut laporan kelompok hak asasi manusia.

Jet tempur Rusia bergabung dengan tentara Suriah pada 26 April dalam melakukan serangan terbesar terhadap pemberontak di Provinsi Idlib. Wilayah itu berdampingan dengan Provinsi Hama utara yang juga diwarnai pemberontakan melawan Presiden Suriah, Bashar al Assad, dan musuh-musuhnya sejak musim panas lalu.

Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SNHR), yang memantau korban dan memberi masukan kepada berbagai lembaga PBB, menyatakan sedikitnya 544 warga sipil tewas dalam ratusan serangan yang dilakukan oleh jet Rusia dan tentara Suriah. Di antara para korban termasuk 130 anak-anak dan 2.117 orang lainnya terluka.

"Militer Rusia dan sekutu Suriah sengaja menargetkan warga sipil dengan sejumlah fasilitas medis yang dibom," kata Fadel Abdul Ghany, ketua SNHR, seperti dikutip The guardian.com, Senin (8/7/2019).

Rusia dan sekutu Suriah-nya menyangkal jet-jet mereka menarget wilayah sipil tanpa pandang bulu dengan amunisi mematikan dan berdampak menghanguskan untuk melumpuhkan kehidupan sehari-hari, menurut warga setempat.

Moskwa menyatakan pasukannya dan tentara Suriah menangkis serangan teror oleh gerilyawan Al-Qaeda yang menurut mereka menyerang penduduk, daerah yang dikuasai pemerintah. Kedua pihak menuduh pemberontak merusak perjanjian gencatan senjata yang disepakati tahun lalu antara Turki dan Rusia.

Bulan lalu Human Rights Watch yang bermarkas di AS mengatakan operasi militer gabungan Rusia-Suriah telah menggunakan amunisi mematian dan senjata pembakar dalam serangan itu. Demikian juga dengan senjata peledak besar yang dijatuhkan di udara dengan efek menghanguskan area luas di daerah-daerah sipil berpenduduk, berdasarkan laporan oleh responden dan saksi mata.

Penduduk dan tim penyelamat mengatakan serangan dua bulan itu telah meninggalkan puluhan desa dan kota dipenuhi puing bangunan.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, setidaknya 300.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka demi keamanan ke daerah yang lebih dekat ke perbatasan dengan Turki.

"Seluruh desa dan kota telah dikosongkan," kata juru bicara Pertahanan Sipil yang berpusat di Idlib, Ahmad al Sheikho.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : The Guardian

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper