Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Vietnam Ingin Hubungan Dagang yang Adil dan Bebas dengan AS

Pemerintah AS menyampaikan bahwa Hanoi memperlakukan mereka lebih buruk dari China dalam hal perdagangan.
Presiden AS Donald Trump (kanan) dan Perdana Menteri (PM) Vietnam Nguyen Xuan Phuc melambaikan bendera Vietnam sambil menyapa para siswa yang menyambut mereka di Hanoi, Vietnam, Rabu (27/2/2019)./Reuters-Leah Millis
Presiden AS Donald Trump (kanan) dan Perdana Menteri (PM) Vietnam Nguyen Xuan Phuc melambaikan bendera Vietnam sambil menyapa para siswa yang menyambut mereka di Hanoi, Vietnam, Rabu (27/2/2019)./Reuters-Leah Millis

Bisnis.com, JAKARTA -- Menyusul ancaman dari Presiden AS Donald Trump terkait penerapan tarif impor baru untuk negara-negara Asia Tenggara, Pemerintah Vietnam menegaskan negaranya berkomitmen melakukan perdagangan yang bebas dan adil dengan Negeri Paman Sam.
 
Pada Rabu (26/6/2019), Trump mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan pembicaraan dagang dengan Vietnam dan mengklaim bahwa Hanoi memperlakukan AS lebih buruk dari China. 
 
Reuters melansir Sabtu (29/6), juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Vietnam Le Thi Thu Hang menyatakan Vietnam menginginkan hubungan dagang yang saling menguntungkan dengan AS. 
 
"Vietnam ingin mengembangkan hubungan ekonomi, dagang, dan investasi dengan AS yang mempromosikan kebebasan dan keadilan, berbasis keuntungan bersama," ujarnya. 
 
Hang melanjutkan pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki keseimbangan perdagangan bilateral dan mempromosikan produk-produk impor dari AS yang dibutuhkan Vietnam.
 
Pertumbuhan ekonomi Vietnam melanjutkan penguatan pada kuartal II/2019, didukung oleh naiknya ekspor dan investasi asing di tengah ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing.
 
AS merupakan tujuan ekspor terbesar Vietnam. Dalam 5 bulan pertama 2019, ekspor ke AS tumbuh 29 persen. 
 
Surplus yang dicatatkan oleh negara tetangga Indonesia itu juga terus meningkat. Hingga Mei 2019, surplus yang diperoleh Vietnam mencapai US$17 miliar. Angka ini jauh di atas pencapaian surplus pada periode yang sama tahun lalu, yang senilai US$12,9 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper