Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Huawei Berpotensi Dibahas dalam Negosiasi Dagang AS-China Berikutnya

Keputusan AS memasukkan Huawei dalam daftar hitam kemungkinan akan turut dibahas dalam perundingan dagang lanjutan dengan China.
Kantor Huawei./REUTERS-Chris Wattie
Kantor Huawei./REUTERS-Chris Wattie

Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden AS Donald Trump mengatakan sanksi yang dikenakan terhadap Huawei Technologies kemungkinan akan menjadi materi diskusi pada perundingan dagang berikutnya dengan China.

"Huawei itu berbahaya. Kalian lihat apa yang telah mereka lakukan dari segi keamanan, segi militer, mereka itu sangat berbahaya," ujarnya tanpa memberikan informasi lainnya, seperti dilansir Bloomberg, Jumat (24/5/2019).

Sejak awal, pemerintahan Trump telah membidik akses terhadap produk teknologi AS, komponen yang sangat penting bagi produsen peralatan telekomunikasi China, dengan dasar keamanan nasional.

Washington sempat menunda pengenaan sanksi blacklist terhadap Huawei agar tidak mengganggu proses perundingan dagang yang sedang berlangsung. Menurut sejumlah orang yang paham tentang kebijakan AS ini, sanksi Trump diluncurkan tepat saat perundingan dagang menemui jalan buntu.

"Keputusan untuk membatasi akses perusahaan asal Shenzhen tersebut terhadap pemasok AS dengan cepat dilakukan saat perundingan dagang menemui kebuntuan," kata orang-orang tersebut.

Sanksi blacklist Departemen Perdagangan AS yang dikeluarkan pada pekan lalu, mengharuskan pemasok Huawei asal AS untuk mendapatkan izin Pemerintah AS sebelum melakukan bisnis dengan perusahaan manufaktur kebanggaan China tersebut. Keputusan itu memicu gangguan yang signifikan ke dalam rantai pasokan teknologi, membebani beberapa pembuat komponen terbesar AS. 

Intel Corp., Qualcomm Inc., dan Broadcom Inc. memberikan pemberitahuan bahwa mereka tidak akan menyediakan produk kepada Huawei sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Perundingan perdagangan antara Beijing dan AS menemui jalan buntu bulan ini, ketika Trump menuduh China tidak berkomitmen untuk memenuhi perjanjian yang sedang dibentuk dengan para pejabat AS.

Dalam serangan ancaman tarif, Trump meningkatkan pungutan terhadap impor China senilai US$200 miliar menjadi 25 persen dari 10 persen, memicu aksi balasan dari Beijing. AS juga menyatakan siap untuk memukul China dengan tarif baru, bahkan ketika Trump menyampaikan dia akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada pertemuan G-20 di Jepang pada Juni 2019.

Sebelumnya, pemerintahan Trump telah menawarkan penangguhan hukuman kepada perusahaan telekomunikasi China, ZTE Corp, dalam situasi yang sama seperti Huawei. Tahun lalu, Negeri Paman Sam mengumumkan larangan terhadap ekspor ZTE ke AS selama 7 tahun setelah perusahaan itu diklaim melanggar perjanjian sanksi dengan menjual teknologi AS ke Iran dan Korea Utara.

Larangan itu memaksa ZTE untuk mengumumkan penutupan. Namun, Trump kemudian berubah pikiran, menyampaikan bahwa dia akan mempertimbangkan kembali hukuman pada ZTE sebagai kebijakan pribadinya untuk Xi.

Tak lama setelah itu, AS mengumumkan akan memungkinkan ZTE untuk tetap melakukan bisnis setelah membayar denda, mengubah manajemennya, dan memberikan jaminan keamanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper