Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gunakan Pendekatan Berbeda, Ini Penjelasan Kapolri Tito Karnavian

Tito Karnavian memuji ketertiban Massa Aksi Damai sehingga memberi mereka toleransi untuk melangsungkan kegiatan hingga salat tarawih bersama-sama anggota polisi, di depan kantor Bawaslu.
Menkopolhukam Wiranto bersama Panglima TNI, Kapolri, Menkumham dan Kepala Kantor Staf Presiden menjelaskan kondisi terbaru terkait kerusuhan 22 Mei dini hari/Bisnis-Aziz Rahardyan
Menkopolhukam Wiranto bersama Panglima TNI, Kapolri, Menkumham dan Kepala Kantor Staf Presiden menjelaskan kondisi terbaru terkait kerusuhan 22 Mei dini hari/Bisnis-Aziz Rahardyan

Kabar24.com, JAKARTA — Kapolri Jenderal Tito Karnavian menegaskan pihak kepolisian menggunakan pendekatan yang berbeda dalam menghadapi tiga massa aksi berbeda pada 22 Mei.

Massa pertama, yaitu Massa Aksi Damai. Tito justru memuji ketertiban Massa Aksi Damai ini sehingga memberi mereka toleransi untuk melangsungkan kegiatan hingga salat tarawih bersama-sama anggota polisi, di depan kantor Bawaslu.

"Tapi jam 23.00 WIB ada sekelompok pemuda sekitar 304 orang mendatangi Bawaslu dan langsung melempari anggota-anggota yang ada bertugas di Bawaslu, dengan alat-alat yang membahayakan," jelas Tito di kantor Kemenkopolhukam, Rabu (22/5/2019).

Tito menjelaskan aparat menggunakan pendekatan defensif dalam menghadapi massa jenis kedua ini. Tetapi setelah anggota kepolisian terus dihujani batu, petasan besar, dan molotov, aparat terpaksa menggunakan gas air mata dan mendorong massa aksi hingga terpecah ke gang-gang kecil.

Tak diduga, muncul massa aksi ketiga di tempat berbeda, yaitu di Asrama Brimob Polri di bilangan Petamburan. Inilah massa yang membakar mobil dinas polisi, maupun mobil yang terparkir di Asrama Brimob serta kedapatan menyerang aparat keamanan.

"Yang ditangkap ditemukan amplop dan uang, sebagian mengaku ada yang membayar. Ditemukan juga mohon maaf, pelaku yang melakukan aksi anarkis ini memiliki tato," ungkap Tito.

Oleh sebab itu, Tito mengimbau masyarakat mesti berhati-hati menerima informasi yang beredar. Terlebih, terkait narasi yang menyebut pihak kepolisian menggunakan kekerasan untuk menghalau massa aksi.

Tito memastikan, narasi tersebut tidak tepat, ada perbedaan penanganan antara Massa Aksi Damai dan massa yang sengaja membuat kerusuhan. Tito pun menegaskan agar anggotanya mematuhi standar operating procedure (SOP) yang berlaku.

Bersama Tito, turut hadir Menkumham Yasonna Laoly, Menkopolhukam Wiranto, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang juga menjelaskan kondisi terkini selepas kerusuhan massa 22 Mei 2019. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper