Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Iran Peringatkan AS untuk Tak Main Ancam

Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif membalas ancaman Presiden AS Donald Trump dengan menyatakan jangan ancam Iran, tetapi hormat maka hal itu akan lebih baik.
Presiden Iran Hassan Rouhani (kanan) dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menghadiri pertemuan dengan pemimpin dan cendekiawan Muslim di Hyderabad, India, Kamis (15/2/2018)./Reuters-Danish Siddiqui
Presiden Iran Hassan Rouhani (kanan) dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menghadiri pertemuan dengan pemimpin dan cendekiawan Muslim di Hyderabad, India, Kamis (15/2/2018)./Reuters-Danish Siddiqui

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif membalas ancaman Presiden AS Donald Trump dengan menyatakan jangan ancam Iran, tetapi hormat maka hal itu akan lebih baik.

Zarif menyampaikan balasan tersebut melalui akun Twitter setelah sebelumnya Trump menyatakan jangan pernah mengancam Amerika Serikat kalau tak ingin Iran punah.

Dalam pesannya, Zarif menulis jangan sampai terpancing oleh provokasi penasehat keamanan AS, John Bolton. Dia juga mengingatkan bahwa Trump tak perlu meniru apa yang dilakukan oleh para agresor yang gagal seperti Alexander (Agung) dan Jengis (Khan) pada masa lalu.

“Rakyat Iran telah berdiri tegak selama ribuan tahun, sedangkan para agresor melarikan diri,” ujarnya seperti dikutip Theguardian.com, Selasa (21/5/2019).

Zarif menyebut bahwa  terorisme ekonomi dan genosida tidak akan membuat Iran punah.

Sebelumnya Trump memperingatkan Iran untuk tidak mengancam AS atau akan menghadapi "kepunahan secara resmi" sebelum sebuah roket mendarat di dekat kedutaan AS di Baghdad semalam.

Cuitan Trump muncul setelah dia berusaha memperlunak sikapnya terhadap Iran. Beberaa hari terakhir, ketegangan kedua negara memuncak setelah AS mengerahkan kapal perangnya ke kawasan Teluk meski sasarannya belum ditentukan. 

Para pejabat di Uni Emirat Arab menuduh bahwa empat kapal tanker minyak miliknya dirusak oleh serangan sabotase yang dilaukan pemberontak Yaman yang bersekutu dengan Iran.

Serangan itu datang dari pesawat tak berawak dan ditujukan pada pipa minyak di Arab Saudi.

Washington dan Teheran mengatakan mereka tidak mau berperang kecuali diserang. Banyak pihak khawatir kesalahan perhitungan bisa membuat kedua negara lepas kendali. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper